"Dooooorrrrr!!!!!!!! Byuuuuuurrrrrrrrrr!!!"
"Apa Nong!!!?" sergah Pak Prehatin kaget. Telinga sang ayah tajam mendengar seolah bunyi petasan dan diikuti suara sebuah beban berat jatuh. Pak Prehatin mengintip dari jendela disusul Kinong yang memeluk karena ketakutan.
Siluet 4 orang tampak berdiri di atas bendungan. Sorot lampu senter berpendar ke segala arah mengindikasikan suatu hal busuk yang tengah disembunyikan.
BACA JUGA:Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular
BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK
Pak Prehatin terus amati; rumah-rumah tetangga bisu tanpa rasa ingin tahu. Begitulah manakala gaya kota salah tempat. Kembali fokus.
Dari pengalaman yang ia lakoni, batinnya menebak dengan yakin bahwa beban yang jatuh itu adalah manusia.
***
Tebakan Pak Prehatin beralasan manakala keesokan paginya sekitar pukul 9, sebanyak 3 orang berpakaian rapi khas orang kaya berjalan menuju arah rumahnya.
Sudah seperti yang lalu-lalu, Pak Prehatin yang merokok di emperan tanpa baju itu pun sangat mahfum dengan hal beginian.
BACA JUGA:Rubik Hati Naras
BACA JUGA:SESUATU DALAM MAHKOTANYA
"Sepuluh juta semoga cukup ya, Pak?" kata satu orang perempuan berwajah dingin berkacamata hitam. Di belakangnya, dua pria muda yang Pak Prehatin yakini merupakan anak dari perempuan itu tampak gagah dengan setelan hem hitam.
Perempuan itu lalu memperlihatkan derai air mata yang mengurai turun. Mengenakan kaos tangan lateks hitam, perempuan itu menyeka tangisnya.
Dua orang di belakang dengan segera menempelkan satu tangan yang juga bersarung hitam itu untuk menenangkan sang bunda.
Dari pandangan Pak Prehatin semakin yakinlah bahwa orang kaya di depannya itu sungguh menjaga wibawanya. Mungkin tak sudi bagi mereka untuk terjangkit penyakit atau kotoran lingkungan sekitar.