Banner Dempo - kenedi

Riset Perguruan Tinggi Harus Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat

Plt. Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK Warsito saat membuka Rapat Koordinasi Relevansi dan Produktivitas Riset Perguruan Tinggi di Provinsi Jawa Barat di (ITB)-Kemenko PMK-

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Riset di perguruan tinggi memainkan peran vital dalam kemajuan pengetahuan, inovasi, dan pengembangan teknologi.

Namun, kerap kali hasil riset dari perguruan tinggi tidak relevan dengan kebutuhan masyarakat dan industri.

Hal ini disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK, Warsito, saat membuka Rapat Koordinasi Relevansi dan Produktivitas Riset Perguruan Tinggi di Provinsi Jawa Barat di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada Kamis, 8 April 2024.

Dalam keterangan resmi yang diterima InfoPublik, Warsito menjelaskan bahwa banyak hasil penelitian yang tidak diterapkan atau tidak sesuai dengan kebutuhan praktis, sehingga muncul tantangan dalam penerapan dan komersialisasi hasil riset tersebut.

BACA JUGA:Cegah Inflasi, Kemendagri Ingatkan Pemda Cek Rutin Harga Komoditas

BACA JUGA:MK Gelar Sidang lanjutan UU Kesehatan, Dengar Keterangan Pemerintah

“Oleh karena itu, perlu ditekankan pentingnya meningkatkan relevansi dan produktivitas riset perguruan tinggi, serta evaluasi sejauh mana riset yang telah dilakukan relevan dengan kebutuhan industri, pemerintah, dan masyarakat,” ujar Warsito.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2022 terdapat 4.004 perguruan tinggi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 3.107 perguruan tinggi berada di bawah Kemendikbudristek dan 897 kampus di bawah Kementerian Agama.

Warsito menyebutkan bahwa Jawa Barat memiliki jumlah perguruan tinggi terbanyak di Indonesia, yakni sebanyak 557 perguruan tinggi. Sebagai pusat industri dan perdagangan, Jawa Barat membutuhkan tenaga kerja yang berkualitas dan terdidik untuk mendukung perkembangan ekonomi dan sosial.

Namun, terdapat kekhawatiran mengenai sejauh mana pendidikan tinggi di provinsi ini relevan dengan kebutuhan pasar kerja dan perkembangan industri.

BACA JUGA:Konservasi dan Pariwisata, Mengapa Taman Nasional Komodo Butuh Istirahat?

BACA JUGA:Dari Jakarta ke Penajam, Konsep Cerdas Ibu Kota Negara Sebagai Filosofi Penajaman Karakter Kenegarawanan

Warsito menekankan bahwa strategi pengembangan riset harus benar-benar mengedepankan transformasi dan mampu mengantisipasi dinamika global di masa depan. Menurutnya, ketidakpastian masa depan harus dijawab dengan arah pengembangan riset yang tepat.

“Saya berharap ada aksi nyata yang bisa dilakukan oleh seluruh stakeholder yang hadir pada rapat koordinasi hari ini,” kata Warsito.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan