Mengulik Cerita Pembuatan Irigasi Peninggalan Belanda di Kelurahan Kemumu
Mengulik Cerita Pembuatan Irigasi Peninggalan Belanda di Kelurahan Kemumu-Radar Utara/Eri Helmian -
BACA JUGA:PPDB Tahun 2024, Berlaku Syarat Minimal Usia Masuk Sekolah
Tak banyak yang sempat kami tanyakan kepada saksi mata yang meninggal pada Tahun 2017 lalu.
Beruntungnya, kami sempat menanyakan apakah pembuatan irigasi termasuk kerja paksa atau bukan.
Ternyata berdasarkan keterangan dari Kakek Pardi, pengerjaan irigasi Kemumu tidak lagi masuk kategori kerja paksa total seperti era perbudakan.
Dikarenakan pada awal Tahun 1930-an beberapa negara di dunia, khususnya Eropa telah berangsur menghapus sistem perbudakan.
BACA JUGA:Ternyata, Ampas Kopi Menyimpan Banyak Manfaat Bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui Orang
BACA JUGA:Jarang Diketahui, Menu Bekal Anak Untuk Kecerdasan
Maka kolonial Belanda juga telah mulai menerapkan pengupahan kepada pekerja, meskipun masih dengan bayaran yang jauh dari kata sesuai.
Upah yang tidak layak dengan waktu kerja dan tenaga yang kudu dikeluarkan, membuat asupan gizi tidak memadai, menyebabkan korban meninggal berjatuhan karena sakit.
Keadaan diperparah oleh cuaca dingin, nyamuk malaria, serta lokasi kerja berupa rimba yang masih ekstrim.
Sementara layanan kesehatan yang disediakan penjajah bersifat seadanya dan bertarif mahal.
BACA JUGA:Ternyata, Ampas Kopi Menyimpan Banyak Manfaat Bagi Kesehatan yang Jarang Diketahui Orang
BACA JUGA:Jarang Diketahui, Menu Bekal Anak Untuk Kecerdasan
Dari penuturan Kakek Pardi, meski tidak lagi menerapkan kerja paksa, namun orang orang Belanda yang saat itu ilmunya lebih maju dibanding Pribumi, menerapkan berbagai strategi untuk mengakali para pekerja.
Diantara akal-akalan yang mereka gunakan yakni menerapkan dua kali gajian dalam satu bulan.