"Kegiatan yang kami lakukan ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya, mengevaluasi kerentanan permukiman, dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat guna meningkatkan ketahanan permukiman terhadap bahaya longsor di desa itu," jelas Ruri.
BACA JUGA:Longsor di Lubuk Gedang Sudah Dilaporkan ke BWSS Bengkulu
BACA JUGA:TERKINI...Soal Longsor di Lubuk Gedang, Warga Butuh Penanganan Bukan Mie Instan
Ia juga menerangkan, assessment tersebut meliputi pengumpulan informasi data profil bangunan, status kepemilikan lahan, kondisi fisik bangunan, foto dokumentasi, kondisi sarana prasarana umum sekitar dan lain-lain.
Selain itu juga dilakukan pengumpulan informasi data administrasi kependudukan seperti profil penghuni, jumlah KK, jumlah anggota keluarga dan data pendukung lainnya yang berada di sekitar lokasi longsor dan ancaman longsor.
"Setalah assesment ini selesai, maka nanti baru akan disimpulkan. Apa, siapa dan harus berbuat apa untuk menangani longsor di desa itu. Apakah nanti penanganan longsor itu akan dibangun kedaruratan atau permanen. Semuanya nanti akan disimpulkan," ujarnya.
Ditambahkan Ruri, berdasarkan hasil assessment sementara, dampak dari bencana longsor tersebut sedikitnya ada sekitar 30 unit rumah milik warga Desa Pondok Panjang, Kecamatan V Koto, Kabupaten Mukomuko teracam terjun ke Sungai Manjunto.
BACA JUGA: Balai Sungai Diminta Cepat Tangani Longsor di Pondok Panjang
BACA JUGA:BPBD Lakukan Assessment Bencana Longsor di Pondok Panjang
Pasca terjadinya longsor pada tebing aliran sungai sepanjang lebih dari 200 meter pada Selasa, 09 Januari 2024 silam. Dan berdasarkan hasil investigasi dilapangan, bencana longsor sebagai akibat dari curah hujan tinggi dan kondisi tanah labil.
"Tingginya curah hujan saat itu menjadi penyebab terjadinya longsor di wilayah itu. Dan kami terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan penanganan selanjutnya. Yang jelasnya, sekarang kami masih menunggu hasil assessment selanjutnya yang dilakukan tim," pungkasnya. (*)