PEREMPUAN YANG MENJUAL DIRINYA PADA JARAK

Sabtu 07 Sep 2024 - 19:42 WIB
Reporter : redaksi
Editor : Ependi

Aku lupa wajah ibuku. Terakhir bertemu kala usiaku Taman Kanak-kanak. Aku tidak ingat apakah ibu sempat mengucapkan salam perpisahan ketika itu. Tiba-tiba saja aku disodorkan oleh situasi yang satu-satunya jalan hanyalah menerima kenyataan. 

Lalu mbah akan mengatakan bahwa ibu tak ingin melihatku bersedih. Jadi, aku menurut dan percaya saja ketika dijejali kata demi kata penghiburan. Lambat laun aku lupa apakah sayang itu, aku tak ingat kasih ibu kepada beta yang tak terhingga sepanjang masa.

Lucunya, aku mendapatkan piala juara pertama lomba deklamasi tingkat kecamatan ketika berdeklamasi ‘Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa’.  Kugendong dan kutimang-timang piala yang diperbolehkan menginap selama tiga hari di rumah sebelum nantinya dikembalikan untuk disimpan di lemari ruang guru.

BACA JUGA:DEBAT ORANG-ORANG BISU

BACA JUGA:POHON JAMBU WARISAN SI MBAH

Dalam pikiranku, mungkin dengan adanya piala itu ibuku akan terpanggil pulang.

Sejujurnya, aku tidak tahu apakah aku harus merayakan atau bersedih atas piala itu. Aku berdeklamasi “Kasih Ibu,” dua kata yang tak kupahami artinya. Aku bimbang, bolehkah berdeklamasi hal yang hilang dalam relung ingatan?

Sampai akhirnya aku belajar satu hal; mungkin jujur tak selamanya menguntungkan. 

Aku dielu-elukan oleh guru-guru dan teman-teman karena mengharumkan nama sekolah. Aku melihat binar bahagia di kedua mata mbah. Lalu sekejap saja namaku dikenal orang sekecamatan: Senja si juara deklamasi.

Tak hanya sampai disitu. Undangan sebagai perwakilan sekolah untuk berdeklamasi ataupun undangan untuk belajar menari dan berkesenian lainnya mulai berdatangan. Singkat cerita di belakang namaku mulai disematkan dengan berbagai nama hebat: Senja tari, Senja puisi, Senja pelukis, Senja nembang. 

BACA JUGA:Bukan Dia, Romeomu

BACA JUGA:Menggores Aksara Di Pusara Rumah Ayah

Hatiku jingkrak-jingkrak tak karuan setiap mendapatkan nama-nama tambahan itu. 

Andai saja semua orang tahu, bahwa aku tak seutuhnya jujur pada diriku sendiri. Lagipula siapa yang akan peduli menanyakan hal itu, bukan? Tak satupun yang menanyakan: pilih mana; berprestasi apa mendapatkan kasih ibu yang tak terhingga sepanjang masa?

Ya…rasa kehilangan itu selalu ada. Tapi mau bagaimana lagi? Rasa kehilanganlah yang telah menjadi batu lompatan berprestasi.

Masa-masa remaja kata orang adalah masa yang paling indah. Indah yang bagaimana? Sebagian mengatakan betapa hati bersorak mendapatkan surat cinta pertama. Lalu sebagian lagi akan mengatakan indahnya kecupan pertama.

Kategori :

Terkait

Minggu 15 Sep 2024 - 19:31 WIB

DI NEGERI PARA PESOLEK

Sabtu 14 Sep 2024 - 21:06 WIB

Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati

Sabtu 24 Aug 2024 - 19:38 WIB

Love or Ghosting