BACA JUGA:Wanita Muslim Harus Tahu ! Ini Cara Mengikat Rambut Yang Benar, Menurut Ajaran Agama Islam
BACA JUGA:Jangan Dianggap Sepele, Ternyata Ini 6 Penyebab Bau Ketiak Menyengat Meski Setelah Mandi
Setelah menyadari kesalahan yang telah ia lakukan, Petruk bersujud dan memohon ampun. Memohon ampun karena telah mengkhianati amanat saat dititipi pusaka, juga memohon ampun karena telah menjadi raja yang dzolim, raja yang hanya memikirkan kepuasan diri sendiri dan telah membuat tatanan menjadi morat-marit.
KEKUASAAN DI ERA DEMOKRASI
Di alam demokrasi, tentu bukan sesuatu yang salah jika seorang rakyat biasa ingin menjadi penguasa, asalkan kursi kekuasaan itu didapat dengan cara cara yang tidak bertentangan dengan demokrasi itu sendiri.
Dalam pandangan demokrasi, semua orang memiliki hak yang sama dalam soal memilih dan dipilih. Siapapun bisa menjadi pemimpin, selagi jalur yang ditempuh bukanlah jalan pengkhiatan terhadap amanah demokrasi.
BACA JUGA:Yuk Kenali Kandungan Serta Manfaat Kesehatan dari Mengkonsumsi Daun Pegagan
BACA JUGA:Jangan Di Biasakan, Minum Es Setelah Olahraga ! Ini 4 Dampaknya Bagi Tubuh Yang Dapat Anda Rasakan?
Demokrasi menjamin hak semua orang yang memenuhi syarat yang telah disepakati bersama, untuk mengajukan diri sebagai pemimpin.
Demokrasi tentu tidak membedakan status sosial seseorang untuk bisa menjadi penguasa, selagi seseorang itu memiliki sikap kenegarawanan dan tidak memanfaatkan kekuasaan sebagai alat pemenuhan kepentingan pribadi, keluarga atau golongan.
Dan jika pada alam nyata demokrasi terdapat kesamaan seperti lakon Petruk yang lupa diri, maka demokrasi juga tidak menghalangi orang orang yang bisa memberikan penyadaran untuk menegur pemimpin atau penguasa yang lupa diri, penguasa yang kehilangan jiwa kenegarawanannya akibat mabok kekuasaan. (*)