Saat itu bebek peking dianggap bukan sekedar makanan biasa namun sudah menjadi simbol tahta tertinggi dalam khasana kuniler Tiongkok.
Sehingga tak mengherankan selamah ratusan tahun makanan ini selaluh terjagah di lingkungan istana dan tidak semua orang bisa menikmatinya. Baru la pada tahun 1419 ada sebuah restoran bernama bian yivan menawarkan menu bebek peking ini, orang dari kalangan biasa membelih dan menikmati kelezatan makanan ini.
Menu bebek peking pun akhirnya menyebar keseluruh dunia termasuk ke Indonesia. Dalam filosofi tiongkok hidangan bebek peking bisa mewakili sebuah kesempurnaan kehidupan yang melambangkan dari semua unsur-unsurnya.
BACA JUGA:Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari Terjerat Janji Manis di Atas Materai
BACA JUGA:Grubyukan, Ini Kearifan Lokal dalam Tatanan Masyarakat Jawa, Termasuk di Bengkulu Utara
Selain bebek adalah wujud dari kesetiaan, warna merah cokelat ke emasan melambangkan kemakmuran dan kebahagian, sedangkan rasa daging yang empuk dan kulit tipisnya yang garing seolah menjadi element ying dan yang yang seimbang.