RADARUTARA.BACAKORAN.CO- Aktivitas riset dan pengembangan atau research and development (R&D) bidang ekonomi digital.
Terus didorong pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), karena menjadi kunci untuk pertumbuhannya di masa datang, demi mewujudkan Visi Indonesia Digital 2045.
"Upaya mendorong aktivitas riset dan pengembangan untuk menghadirkan efektivitas dan efisiensi teknologi bagi pelaku ekonomi digital itu penting sekali, R&D itu saya kira salah satu aspek kunci bagi ekonomi digital untuk bisa bertumbuh dan berkembang," kata Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo), Nezar Patria, dalam keterangannya terkait Digital Economy Dialogue: Social Impact & Adoption in the Digital Economy di Hotel Borobudur, Jakarta.
BACA JUGA:UMKM, Yuk Ajukan Pembiayaan Usaha dari Pemerintah!
BACA JUGA: Permintaan Domestik Topang Sektor Manufaktur Indonesia
Nezar Patria mengatakan, pemerintah berupaya mengoptimalkan riset dan inovasi untuk solusi perusahaan rintisan (startup) lokal dan akses informasi strategis guna mendukung pembangunan nasional.
Dalam hal itu, diperlukan peningkatan perlindungan merek terhadap produk yang dihasilkan dan perlindungan paten terhadap inovasi ataupun invensi teknologi.
“Lalu adopsi teknologi digital juga harus ditingkatkan di sektor-sektor prioritas seperti manufaktur, pertanian, logistik, dan keuangan,” ujarnya.
Menurut Nezar Patria, Pemerintah terus berusaha menggalakkan pendanaan dan investasi pada ekonomi digital karena saat ini persentase pengeluaran produk domestik bruto (PDB) untuk sektor Teknologi Informasi Dan Komunikasi (TIK) di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain.
BACA JUGA:Layanan Publik di IKN Dikendalikan dari Pusat Komando
BACA JUGA:Kuatkan Stok CPP, BULOG dan BNI Tanda Tangani Akta Kredit Subsidi Bunga dari Kemenkeu
Tujuannya agar Indonesia bisa mencapai proyeksi sumbangan ekonomi digital Indonesia hingga 4,6 persen dari PDB pada 2024, walaupun angkanya masih relatif kecil jika dibandingkan dengan negara-negara maju.
"Masih kecil kalau kita bandingkan dengan kontribusi ekonomi digital di sejumlah negara maju, semisal Amerika atau negara-negara Eropa dan juga China yang rata-rata sudah di atas 40 dan 50 persen lebih sumbangan ekonomi digitalnya kepada produk domestik bruto," ungkap Wamenkominfo.
Dia optimistis ekonomi digital nasional akan berkembang pesat dengan adanya inovasi-inovasi baru dalam layanan finansial digital, seperti penerapan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) dalam berbagai transaksi.
Bahkan, dengan penerapan QRIS, Indonesia menjadi kekuatan utama pembayaran digital di Asia Tenggara dengan proyeksi pertumbuhan nilai pasarnya mencapai US$760 miliar (sekitar Rp 12 kuadraliun) pada 2030 mendatang.