Itu setelah tiga incumbentnya, nyaris dipastikan kembali melenggang ke kursi dewan.
Partai besutan Prabowo Subianto yang juga hampir pasti dilantik menjadi Presiden itu, di daerah ini konsisten menempatkan wakilnya dari setiap dapil.
Dosen Fakultas Isipol Universitas Ratu Samban, Ahmad Bastari, S.Sos, M.Si, memperkirakan, laju kontestasi berikutnya yakni Pemilihan Kepala Daerah, memungkinkan kemunculan poros politik baru.
"Selain keberadaan figur-figur lawas dan figur-figur potensial dari elit politik daerah. Memungkinkan munculnya poros baru," kata Ahmad Bastari, memperkirakan.
BACA JUGA:Pantau Utak Atik Pergeseran Suara Caleg, Berkepastian Hukum Jadi Tuntutan!
BACA JUGA:Satu Hal Ini, Ancam Caleg Terpilih Tak Dilantik
Prediksi itu, dilatari dengan amanah regulasi yang membatasi durasi kompetisi, khususnya soal periodisasi.
Turut pula dipengaruhi oleh hasil Pemilu sampai dengan laju angka pensiun pegawai sampai dengan Masa Persiapan Pensiun atau MPP.
"Selain keberadaan partai yang memungkinkan mampu mandiri membopong calonnya. Dinamika politik pusat, juga akan memberikan pengaruh di level daerah," ujarnya.
"Kelindan koalisi, juga sangatlah terbuka," susulnya lagi.
Politik yang secara harfiah, dimaknai sebagai seni dalam mempengaruhi seseorang atau sekelompok, kata Bastari, tidak akan lepas dari faktor-faktor primordial.
BACA JUGA:Usul Nomor Induk PPPK Ditutup, Unggahan Dokumen Peserta Lulus Tak Terdetek
BACA JUGA:Kuota Haji Bengkulu Utara Bertambah
Maka menjadi sangat lumrah, sentimen sektoral dalam artian luas, akan mewarnai dinamika perpolitikan di daerah, usai Pemilu.
"Kebaruan dari sisi figur, menjadi bagian dalam politik 2024. Kondisi ini terjadi, karena dipengaruhi oleh akhir periodisasi jabatan presiden hingga kepala daerah yang rerata terjadi di provinsi, kabupaten/kota di Indonesia," ungkapnya.
Namun dia berpesan, seyogyanya sebagai bagian dari semangat NKRI yang dibangun dalam semangat keberagaman menjadi persatuan, menjadi pakem dari para elit politik di daerah.