Ini buah penelitian Volta, yang menjadi pijakan awal kelahiran baterai yang hingga saat ini masih menjadi bagian dari kehidupan sosial manusia.
BACA JUGA: 8 Kursi Eselon II Diisi Pelaksana Tugas, 2 Jabatan Staf Ahli Bupati Kosong
BACA JUGA:Pengelolaan Aset Pasar Diserahkan ke Desa, Dinas Perdagangan Warning Soal Pungli..
Tak hanya itu saja. Ketika batang tembaka dan zink dicelupkan ke dalam larutan asam sulfat (H2SO4).
Maka dalam waktu yang relatif singkat, batang tembaga akan terbungkus oleh gemmbung gas hidrogen.
Jika seluruh permukaan tembaga tertutup oleh gelembung gas hidrogen, aliran listrik akan terhenti sehingga lampu tak lagi menyala.
Untuk menyalakan lampu itu kembali, kedua batang logalm tersebut harus dibersihkan. Setelah kedua permukaan logam itu bersih, lampu akan menyala kembali.
BACA JUGA: Hibah Gedung Eks STQ Tunggu Persetujuan Dewan, UINFAS Diminta Penuhi Syarat Ini
BACA JUGA: Salurkan Bioflok dan Bibit Ikan, Ini Target Usin Abdisyah PS
Elemen temuan Volta di atas, dianggap tidak praktis dan lambat dalam menyuplai beda potensial.
Hingga akhirnya, ditemukanlah sumber tegangan yang lebih praktis, meskipun memiliki beda potensial yang sama yakni 1,5 volt.
Elemen inilah yang dikenal sampai hari ini dengan nama baterai.
Dalam penjelasannya, baterai merupakan sebuah benda yang memiliki dua kutup sumber tegangan yang menggunakan batang karbon sebagai kutub positif dan pelat zink sebagai kutub negatif.
BACA JUGA: Salurkan Bioflok dan Bibit Ikan, Ini Target Usin Abdisyah PS
BACA JUGA: Bupati Surati OPD Jelang Tes PPPK dan CPNS. Begini Perintah Bupati
Larutan yang digunakan dalam elemen ini adalah amonium klorida (NH4CL).