"Cuma itu."
Monyet dengan sikap sombongnya langsung setuju. Merekapun mulai persiapan. Pertama burung gagak berbisik kepada Burung Hantu. Melalui pesan tersembunyi itu, Burung Hantu lalu pergi sesuai arahan Gagak. Kemudian Gagak membuat terowongan seukuran tangan monyet untuk menaruh buah apel di ujung terowongan.
BACA JUGA:Belenggu Sistem
BACA JUGA:Cecep Ingin Menjadi Kaya
Bersembunyi pada tumpukan batu tampak Nuri, Kakatua, Dara, dan Merpati menampilkan raut cemas.
Setelah semua selesai, Gagak bersiap.
"Dalam hitungan ke tiga, mulai ya....1...2..3!!!!" teriak gagak.
Monyet segera menyusupkan tangannya ke dalam lubang. Dapat!! Buah apel dengan mudah berhasil digenggam monyet. Dia menarik buah itu. Tidak bisa!! Tersangkut karena tangan monyet yang menggenggam buah apel menjadi pengunci untuk keluar. Monyet dengan beringas terus menarik namun tetap sangkut.
Tiba-tiba dari balik semak, Burung Hantu muncul dengan terbang kecil ke arah sepucuk ranting. Tak dinyana, burung hantu ternyata dikejar seekor ular sanca besar.
BACA JUGA:Ibu, Pematang Sawah dan Cerita Seorang Gadis
BACA JUGA:Dendam
Semua burung dan monyet kaget ketakutan. Ular sanca besar itu tampak kelaparan. Semua burung terbang hinggap pada dahan.
Anggota monyet berteriak kencang.
"Pergi dari sana ketua!!! Pergi cepat!!!!"
Ketua monyet yang masih bersikeras untuk mengeluarkan buah apel tak mau mendengar. Dia terus menarik buah dengan sikap rakus dan sombongnya. Ular semakin mendekatinya.
Anggota monyet berteriak ketakutan karena sang ketua tetap tak mau melepaskan genggamannya. Ketua monyet mendadak sempat ragu untuk meneruskan, namun Gagak yang melihat itu segera berteriak sambil tertawa.