Embek....Konon Beruang Takut dengan Kambing
Ilustrasi-Istimewa-
"Saat itu, kami mengembek. Mbeekkkk, dan memang direspon reaksi gusar dari beruang, kemudian menghilang, masuk ke rerimbun pepohonan rimba. Entah, ini kebetulan saja atau gimana? yang saya ceritakan ini pengalaman pribadi," ungkapnya.
Namun lepas dari benar atau tidaknya, pemerhati lingkungan ini tetap kafah dengan keyakinan, sebenarnya satwa sangat tidak menginginkan berjumpa dengan manusia.
BACA JUGA:1 Jemaah Haji Asal Mukomuko Dirawat di Padang
BACA JUGA:Bapang Periode Juli Disalur Agustus
Perjumpaan dengan manusia, kata dia, selain karena kebetulan karena manusia berada di wilayah-wilayah yang notabene habitatnya seperti hutan.
Selain itu lagi, perjumpaan bahkan berujung konflik antara satwa liar dengan manusia, tidak lain-tidak bukan, karena habitat hewan itu sendiri yang rusak. Sementara, insting manusia adalah melakukan ekspansi dengan beragam dalih sosial. Dihadapkan dengan insting hewan yang mencoba bertahan, untuk mencari makan.
"Pendeknya, karena habitatnya itu telah rusak, dirusak oleh tangan-tangan manusia. Mungkin hewan, lebih rendah dari kita manusia. Tapi, hewan tidak pernah memiliki niatan merusak hutan. Mereka bereaksi, karena merasa terganggu," ungkapnya.
Meski belum menampakkan wujudnya, dikabarkan aktivitas hewan buas itu, disinyalir turun mendekat wilayah perkebunan di sekitar Hutan Lindung Boven Lais, Desa Sumber Rejo Kecamatan Hulu Palik, Bengkulu Utara.
BACA JUGA:Pengawasan Pilkada Serentak 2024 di Bengkulu Dimulai
BACA JUGA:Pemkab BU Sambut Kepulangan 208 Jemaah Haji Kabupaten Bengkulu Utara
Seorang warga, Jono, 45 tahun, kepada RU, menginformasikan soal ini. Dia menyampaikan, salah satu jejak keberadaan satwa liar di sekitar aktivitas penduduk, ditampakkan dengan jejak perusakan pepohonan milik penduduk.
"Sudah mulai keliaran juga ini. Dia ngerusak pohon pala. Itu dahan dan buahnya dirontok," ujarnya.
Kondisi ini bagi Jono, dipandang penting untuk disampaikan. Selain untuk mawas, pemahaman soal aktifitas hewan buas ini, tidak semua orang mengetahuinya. Jika pemilik pohon yang belum paham, terus dia mencerita, maka perusakan semacam ini disangka ulah manusia.
"Kalo orang yang ga tahu, pasti ngiranya dirusak orang. Karena dahan-dahan itu dirontok, otomatis buah. Padahal ini ulah beruang," ungkapnya.
Soal perhutanan, Jono, memang bukan orang baru. Dia pernah turut terlibat dalam program-program pelestarian hutan lewat utas program-program pemerintah.