Monolog Pluto

Ilustrasi-Erna Wiyono-

"Naina, bagaimana warna langit di kotamu?Aku dengar kau pindah rumah ke desa sebelah.

Bagaimana taori, apa dia sudah beranak pinak hingga memiliki cicit?" 

Pluto mencoba untuk tetap terhubung dengan Naina meskipun keadaan di sekitarnya semakin memudar.

 BACA JUGA:Jurnalis Miliki Peran Penting Dalam Perlindungan Lingkungan

BACA JUGA:Resmikan 2 Pasar, Ketesedian Kebutuhan Aman dan Harga Stabil

Namun, tiba-tiba Pluto tidak bisa melanjutkan suratnya. Perasaan kehilangan dan kebingungan menyelimutinya. Langit yang sebelumnya cerah dan terang, kini berubah menjadi sendu dan abu-abu. 

Pluto merasakan seolah ada sepasang tangan kuat yang memeluknya, dan suara tangisan yang menggema di sekelilingnya. Semuanya menjadi semakin kabur dan terhanyut dalam kegelapan yang menyelimuti.

 Pluto berusaha untuk menemukan kembali kejernihan pikirannya, namun keadaan sekitarnya semakin memudar dan hampa. Suara tangisan yang semakin keras dan langit yang semakin kelam menggambarkan keadaan yang semakin suram dan mengabur bagi Pluto. 

Meskipun sulit untuk melanjutkan, Pluto tetap berusaha untuk menemukan kekuatan dan harapan di tengah kegelapan yang menyelimutinya.

BACA JUGA:Jejak Sejarah Pabrik Semen Pertama di Asia Tenggara

BACA JUGA:Upaya Negeri Menggali Serta Mengembangkan Potensi Energi Unggulan Dunia

Pluto terus mencari jawaban dan petunjuk dalam keadaan yang semakin memudar. Dalam kegelapan yang menyelimutinya, Pluto merasa terpisah dari dunia nyata dan masuk ke dalam alam pikirannya yang penuh misteri dan tanda tanya. 

Dalam keadaan yang semakin suram, Pluto terus bertanya, 

"Tuhan, aku di mana?" mencari jawaban yang mungkin tak kunjung datang.

"Aku ada di mana, Tuhan?" 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan