Ikan Laut Bakal Mahal
Ikan Laut Bakal Mahal-Radar Utara/Benny Siswanto-
Dia menjelaskan, wilayah tangkap nelayan tradisional dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, kian saja menjujug wilayah laut dalam.
Kondisi ini, kata dia, sebenarnya sangat tidak berpihak atau cukup riskan bagi nelayan tradisional, khususnya perahu yang digunakan dan juga alat tangkap yang dipakai.
BACA JUGA:Fenomena Ikan Laut Memburu Pantai
BACA JUGA:Dinas Perikanan Targetkan Produksi Ikan Laut 22.000 Ton
Paceklik iklan di perairan dangkal yang selama ini menjadi ruang bagi nelayan tradisional mengais rejeki di perairan, dirusak oleh aktivitas nelayan trawl yang sempat memantik perang laut beberapa tahun silam.
"Karena bukan saja, merusak alat tangkap kami. Terumbu karang juga hancur. Padahal, di sanalah tempat koloni ikan bersarang, berkembang biak untuk kemudian dapat dipanen secara baik dana tidak merusak lingkungan," bebernya.
Maka diserukannya, persoalan trawl yang bahkan sudah dilaporkan langsung pihaknya kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi hingga kementerian terkait di Ibu Kota Negara, dapat disikapi secara serius oleh pemangku kebijakan dan lembaga berwenang.
"Karena trawl ini sudah jelas-jelas dilarang, merusak lingkungan serta memantik singgungan nyata dengan nelayan tradisional. Kami pun harus bersabung nyawa, mencari ikan ke perairan yang lebih dalam," pungkas aktivis yang bertinggal di Desa Lubuk Tanjung Kecamatan Air Napal, Bengkulu Utara ini.
BACA JUGA: Jelang Ramadhan, Harga Ikan Laut di Mukomuko Masih Stabil
BACA JUGA:Ikan Laut Melimpah Harga Murah. Harga Bawal Jadi Segini...
Spot nelayan tradisional lainnya yang jaraknya tak berjauhan di daerah ini, namun sudah berbeda kecamatan adalah berada di Desa Serangai Kecamatan Batiknau.
Camat setempat, Alamsyah,SE, bilang sepekan belakangan nelayan tradisional di wilayahnya memang mengurungkan niat untuk melaut.
"Kondisi cuaca laut yang belum bersahabat," kata Camat.
Untungnya, nelayan di kawasan ini masih ada yang memiliki aktivitas lain selain mencari ikan di laut.