Banner Dempo - kenedi

Fenomena Ikan Laut Memburu Pantai

NELAYAN Mengumpulkan ikan hasil tangkapannya.--

AIR NAPAL RU - Fenomena laut, belakangan ini menjadi perbincangan. Bukan soal, kabar gunung api di dalam laut. Tapi, soal kemunculan ikan-ikan yang seakan-akan memburu wilayah laut dangkal. Bahkan hingga menepi ke garis pantai, terseret ke daratan. Kemudian mati. Koloni ikan di bibir pantai, sempat heboh media sosial. 

Ketua Koordinator Wilayah Bengkulu Utara (BU), Asosiasi Nelayan Tradisional Provinsi Bengkulu, Rusman. Dibincangi perihal fenomena ikan laut cenderung memburu laut dangkal saat ini, memberikan jawaban yang cukup menjadi informatif. Menurut dia, kemunculan ikan-ikan yang kini bersamaan dengan "banjir ikan" yang tengah terjadi, merupakan suatu fenomena biasa. Penyebabnya, kata dia, salah satunya soal cuaca atau iklim. 

"Ketika kemarau, maka kondisi terbalik terjadi di lautan. Panas di darat, akan menyebabkan situasi dingin di tengah laut sana," ungkapnya, lewat sambungan telpon, Senin (6/11). 

Menggunakan analogi sederhana, Rusman menjelas, ketika suhu bumi meningkat, otomatis salju abadi yang berada dikutup utara, akan lebih cepat mencair. Kondisi ini pun menyebabkan peningkatan air laut dan dibarengi dengan perubahan suhu pula di lautan sana. Bincang dengan seorang nelayan juga pernah mengatakan, ketika situasi normal, berada di tengah laut saat malam hari cenderung hangat. Bahkan, ketika subu permukaan dingin, tak jarang nelayan justru menceburkan dirinya ke dalam laut, agar hangat. Hal itu pun tak ditampik Rusman. 

"Nah pada saat air laut khusunya di wilayah tengah sana dingin, maka ikan cenderung mencari wilayah perairan yang lebih hangat. Otomatis wilayah itu berada di laut dangkal. Bahkan ada yang keseret ombak, kemudian mati di pantai," analisanya, menjabar. 

BACA JUGA:69 ASN Langgar Netralitas

Maka tidak pula menjadi heran, terus Rusman, dalam situasi seperti sekarang ini, dimana tingkat curah hujan di mayoritas wilayah cenderung rendah, akan bermunculan fauna-fauna pelegis bawah. Seperti ikan yang selama ini tak lazim dijumpai pada kawasan perairan dangkal, akan terjadi. 

Tak jarang, terus dia, kemunculanya pun, berbuntut dengan spekulasi liar. Setahu dia, berdasarkan pengalaman mengarungi lautan lepas, sampai dengan bentrok laut dengan nelayan trawl, lantaran memasuki wilayah perairan nelayanan tradisional, saat ini koloni ikan-ikan laut dalam, akan mudah ditemukan di wilayah palagis atas atau wilayah yang lazim ditempati ikan-ikan permukaan. 

"Maka tak jarang, ikan-ikan non kelas, seperti ikan kase, ikan gleberan, ikan maco yang harganya relatif murah, kini banyak dijumpai di sekitaran perairan dangkal," ujarnya. 

Dia juga mengimbau, agar nelayan tidak membuang ikan-ikan harga murah itu, ke bibir pantai agar ekosistem laut dapat tetap terjaga. Di tengah koloni ikan-ikan yang memiliki harga relatif tinggi mudah didapat, antisipasi tentang pengelolaan ekosistem laut juga perlu menjadi cermatan bersama. Salah satunya, kata dia, tidak membuang ikan-ikan harga murah itu di lautan. Karena pasti akan didorong air laut menuju bibir pantai. 

"Jadi perkiraan saya, keberadaan koloni ikan saat ini, lebih kepada faktor iklim. Soal lainnya, tentu ada lembaga berkompeten dalam melakukan kajian yang lebih bertanggungjawab," pungkasnya. (bep)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan