Mencintaimu Seperti Filosofi Hujan
ILUSTRASI-playground.com-
Toh aku akan tahu suatu hari nanti.
BACA JUGA: Jarang Diketahui 5 Manfaat Rebusan Kayu Manis
BACA JUGA:Berminat jadi PPS? Ini Tahapan dan Jadwal Lengkap Seleksinya
“Iya juga ya,” Aksa terkekeh, “berarti.., mau dong?”
“Mau apa sih?” aku menggodanya, sebagai yang lebih tua aku harus tangguh kan menghadapi gombalan seperti ini? Bukan sekali dua kali aku ditembak.
“Pacaran sama aku, mau ya, Kak?”
Tapi jujur, baru kali ada yang mengajakku pacaran dan wajahnya setampan Aksara Pradipta.
Kalau kutolak, mubazir namanya.
BACA JUGA: Doyan Belanja Online! 7 Langkah Ini Agar Kamu Aman, Terhindar Penipuan
BACA JUGA:Menkominfo: Uji Coba Starlink akan Digelar Mei 2024
Awalnya, Aksara menjalani hubungan sebagaimana orang pacaran lainnya.
Entah sejak bulan ke berapa, perilakunya mulai berubah; tatapannya juga berubah.
Aku mengira itu hanya efek setelah ujian akhir yang dihadapinya, tapi setelah tiga bulan pun, semuanya masih sama.
Aksara semakin sering beralasan saat kutanya kenapa, kenapa ia tak menjawab telepon, membalas pesan, dan kenapa ia tak pernah mau lagi diajak bertemu.
Aku tak sadar bahwa aku sedang dicampakkan, karena aku terlalu takut untuk melawan argumennya saat itu.