Mencintaimu Seperti Filosofi Hujan
ILUSTRASI-playground.com-
Malamnya Aksara benar-benar menghubungiku, aku balas sekenanya apa pun yang ia bahas.
Di ujung malam, ia meminta nomor rekeningku dan biaya dendanya diganti dua kali lipat.
BACA JUGA:Arus Mudik dan Balik ke Enggano, Pelindo Bengkulu Ambil Peran
BACA JUGA:Banjir Lebong, Tim Ayok Bengkulu Salurkan Bantuan
Jadi penampilan urakannya bukan karena dia orang miskin.
Singkat cerita, aku dan Aksara makin dekat karena banyak alasan.
Ia suka kucing, ia suka langit sore, ia suka memotret awan yang tebal, ia juga suka hujan.
Aku sudah memberikan nomor pribadiku padanya, dan kami berbagi banyak cerita lewat pesan-pesan di malam hari.
Sampai di bulan ke-tiga, Aksara mengajakku ke kafe yang baru launching, meski saat tiba di sana ia bilang menyesal karena tempatnya lebih ramai dari dugaan.
BACA JUGA:Gagalkan 0,5 Kg Sabu, Polda Tangkap 4 Tsk
BACA JUGA:Persoalan Banjir, WALHI Bengkulu: DAS Sedang Tidak Baik-Baik Saja
“Kalo aku bilang cinta sama Kak Adisti sekarang, kecepetan nggak ya?”
Tak kusangka aku bisa tersipu dengan ucapan anak SMA. “Itu kan kamu udah bilang.”
Aksara terlihat tampan tak seperti saat awal pertemuan, wanginya jelas bukan dari parfum murah.
Ia tak pernah bercerita bagaimana keluarganya, tapi aku cukup menghargai kalau memang ia ingin menjadikan itu privasinya saja.