Mencintaimu Seperti Filosofi Hujan
ILUSTRASI-playground.com-
BACA JUGA: Doyan Belanja Online! 7 Langkah Ini Agar Kamu Aman, Terhindar Penipuan
BACA JUGA:Menkominfo: Uji Coba Starlink akan Digelar Mei 2024
Gagang cangkir kukaitkan pada jari telunjuk; Aksa pun demikian.
Ia menunggu dengan sabar tiap kata yang sedang kurangkai dalam pikiran.
Jendela besar di sisi kiri menunjukkan jalan yang terguyur rinai gerimis, dahan dan daun digoyang angin, sekilas aku melihat seorang ibu yang memayungi anak laki-lakinya sementara pundaknya sendiri basah kuyup.
Ah, aku selalu sedih kalau mengingat ibu.
Ibuku masih ada, hanya kasih sayangnya yang hilang. Kalian bisa bilang aku memang tak beruntung dalam hal apa pun; cinta begitu pula keluarga.
BACA JUGA:Gubernur Kembali Gulirkan Program Pemutihan Pajak Kendaraan Bermotor
“Kita.., sekarang ini apa ya?”
Aksara menatapku seolah aku yang bersalah, entah tatapan macam apa itu—ada sedih, ada marah, ada sakit yang terpancar di matanya.
“Menurut Kak Adisti sendiri apa?”
Jujur menjadi pilihan setelah lelah bertahan. Aku sudah tidak mau menghindar dari sesuatu yang memang seharusnya kulakukan.
Satu setengah tahun sudah cukup memberi pengalaman, memang Aksara bukan orang yang tepat untukku.
BACA JUGA:Arus Mudik dan Balik ke Enggano, Pelindo Bengkulu Ambil Peran