Mitigasi Banjir Jadi Sorotan Utama World Water Forum

Warga bergotong royong membuat tanggul darurat dari bambu dan karung berisi tanah untuk menahan air dari jebolnya tanggul Daerah Aliran Sungai (DAS) Jratun-Wulan di Dukuh Luwuk, Desa Sidomulyo, Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. ANTARA FOTO/ --

Satu hal, implementasi kebijakan tata ruang DAS memerlukan kerja sama yang kuat antara pemerintah pusat dan daerah, terutama karena sebagian besar penerapan kebijakan ini berada di wilayah pemerintah daerah.

Dukungan diperlukan dalam hal pemanfaatan lahan di DAS untuk pertanian dan kegiatan masyarakat lainnya.

BACA JUGA:Sukseskan Pemilu 2024, AYO NYOBLOS!

BACA JUGA: Kemenkumham dan Disperindag Sepakat Dukung UMKM Lindungi Kekayaan Intelektual

Lebih lanjut, Bob Arthur Lombogia menjelaskan bahwa untuk mengatasi bencana banjir, diperlukan strategi struktural seperti pengelolaan air untuk mitigasi bencana, yang meliputi pembangunan waduk, embung, kolam retensi, sumur resapan, dan lainnya.

Pembangunan infrastruktur pengendali banjir, seperti normalisasi sungai Ciliwung, kolam retensi di Cilincing Jakarta Utara, dan pompa Ancol Sentiong, adalah contoh nyata dari upaya ini.

World Water Forum ke-10 diharapkan menjadi platform untuk bertukar pengalaman dan praktik terbaik terkait pengelolaan bencana, termasuk banjir, melalui tiga proses utama, yakni tematik, regional, dan politik.

Pengelolaan dan mitigasi bencana banjir di Indonesia menjadi fokus utama pemerintah. Tentunya menekankan pada penyelarasan antara pengendalian struktural melalui penataan perilaku air dan nonstruktural melalui penataan perilaku manusia.

BACA JUGA: Jelang Pencoblosan, Petugas PLN ke Kantor Camat. Ada Apa?

BACA JUGA: Pemerintah Gelontorkan 136 Ton Beras ke Mukomuko

Mengenai hal itu, sebelumnya Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) menyatakan bahwa program mitigasi bencana menjadi salah satu prioritas di 2023 guna meminimalkan dampak risiko bencana yang mungkin ditimbulkan. Mitigasi bencana, khususnya bencana hidrometeorologi basah maupun kering, jadi prioritas pemerintah.

Asisten Deputi Mitigasi Bencana dan Konflik Sosial Kemenko PMK Andre Notohamijoyo menjelaskan, bencana hidrometeorologi basah meliputi banjir, banjir bandang, tanah longsor, hingga puting beliung.

Sementara itu, bencana hidrometeorologi kering meliputi kebakaran hutan dan lahan.

Asdep Kemenko PMK menambahkan bahwa pemerintah terus memperkuat koordinasi dan komunikasi lintas kementerian/lembaga hingga pemerintah daerah.

BACA JUGA:Archimedes Bapak IPA Eksperimental

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan