Kali Biru, Surga Kecil di Pelosok Raja Ampat

Kali Biru di Raja Ampat, Papua Barat Daya. KEMENPAREKRAF--

Sementara itu, pemilik perahu biasanya tidak mau menjadi pemandu karena mereka harus menjaga perahu. Perjalanan dari dermaga menuju ke titik sandar perahu di tengah hutan adalah sekitar 20 menit. Sepanjang perjalanan menuju Kali Biru, kita akan disuguhi pemandangan keindahan hutan hijau di antara gugusan Waigeo, pulau terbesar di Raja Ampat di mana Warsambin dan Kali Biru berada.

Permukaan air di sekitar gugus pulau sungguh jernih sehingga kita dapat menyaksikan dengan mata telanjang terumbu karang alami dan ratusan jenis ikan aneka bentuk di bawah perahu kita. Selang 10 menit, perahu berbelok ke kiri dan sejurus kemudian langsung memasuki muara sungai berair jernih berarus lumayan kencang. Lagi-lagi hutan hijau lebat di kiri-kanan sungai membuai mata ditingkahi kicau aneka burung.

BACA JUGA: Jelang Pemilu, Isu Politik Identitas Berkurang Drastis

BACA JUGA:Mengembalikan Kejayaan Rotan Indonesia

Pohon-pohon tinggi besar menjulang, seperti hendak menyapa kedatangan siapa saja yang memasuki sungai. Tak lama, perahu pun menepi di sebuah daratan berbatu yang terdapat papan bertuliskan "Sapta Pesona". Inilah etape terakhir dari perjalanan menuju Kali Biru. Sebuah jalan setapak beralas tanah harus kita lalui selama sekitar 20 menit sebelum bertemu aliran sungai dangkal setinggi mata kaki orang dewasa.

Airnya terlihat jernih dan sangat dingin, meski suhu udara di sekitar tak lebih dari 25 derajat Celcius. Suara serangga hutan turut menghibur langkah kaki. Setelah menyeberangi aliran dangkal selama lima menit, kaki kita akan bertumbuk ke tangga semen yang di atasnya terdapat gapura kayu bertuliskan "Selamat Datang di Kali Biru".

Tunggu dulu, karena kita masih harus menjejak jalan setapak berbalut semen sejauh 200 meter bersambung jalan bersusun bilah papan sejauh 100 meter dan berakhir di tepian Kali Biru. Seperti namanya, kali kecil ini berair biru sangat jernih dan terkadang berubah hijau toska. Saking jernihnya, mata kita dapat leluasa melihat dasar sungai berupa bebatuan, batang kayu mati, dan tentu saja aneka ikan.

Arus sungainya tak deras, bahkan cenderung tenang. Pepohonan besar berbatang tinggi seperti memeluk erat alam di sekitar sungai dan membuat sinar matahari hanya menembus di beberapa bagian saja. Lebar sungainya sekitar 2 meter meski di beberapa sudut bisa mencapai 4 meter. Demikian juga dengan kedalamannya, sekitar 2--3 meter kendati ada pula yang mencapai 5 meter.

BACA JUGA:Masyarakat Bengkulu Diajak Dukung Nabila Putri Bintadytama

BACA JUGA:DBD Mengganas, 55 Warga di Mukomuko Dinyatakan Positif

Saat berenang di Kali Biru ini, kulit tubuh kita dapat merasakan air sungai begitu dingin, sekitar 15--20 derajat Celcius. Masih terjaganya keasrian hutan Warsambin menjadi penyebab lain air sungai terasa sangat sejuk. Walaupun berada di tengah hutan belantara, kawasan Kali Biru sudah tertata karena ada beberapa pondokan atau gazebo untuk duduk-duduk pengunjung dan toilet.

Masyarakat setempat secara bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan Kali Biru. Para pengunjung diminta untuk tidak meninggalkan sampah yang mereka hasilkan. Dibantu oleh pemandu, pengunjung harus membawa kembali sampah-sampah plastik, bekas bungkus makanan, dan lainnya keluar dari Kali Biru dan dibuang di tempat khusus di sekitar dermaga Warsambin.

Dalam sejumlah tayangan di platform media sosial Youtube kita dapat menyaksikan pengunjung Kali Biru tak hanya didominasi oleh wisatawan domestik. Karena sejumlah turis mancanegara turut pula menikmati dan berenang di kejernihan sungai yang memiliki beberapa sapaan oleh masyarakat setempat, seperti Waiyal atau "air harapan" dan Warabiar atau "air jernih".

Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat Yusdi Lamatenggo, seperti dikutip dari Antara, mengatakan bahwa Kali Biru, yang telah dibuka untuk umum sejak 2016, merupakan salah satu objek wisata andalan kabupaten. "Setiap kunjungan wisatawan ke Kali Biru dapat membantu perekonomian masyarakat setempat khususnya penyedia jasa transportasi perahu dan pemandu lokal. Begitu pula para pemilik warung makanan dan minuman di sana," ujarnya.

BACA JUGA: Menjaga Keabadian Air Petirtaan Jolotundo

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan