Menjaga Keabadian Air Petirtaan Jolotundo

Petirtaan Jolotundo, Trowulan, Mojokerto, Indonesia (Indonesia.go.id)--

Angin semilir yang menerbangkan udara sejuk pegunungan tak menyurutkan langkah lima pasang laki-laki berpakaian serba hitam membawa tongkat bersambung logam beraneka bentuk berujung tajam menyerupai senjata.

Rangkaian bunga melati segar menjuntai di antara penyambung tongkat kayu dan logam menebarkan harum semerbak.

Pakaian mereka mengingatkan kita akan prajurit era kerajaan Nusantara tempo dulu.

Barisan laki-laki berseragam hitam itu mengiringi dua lapis barisan di depannya. Yaitu, delapan perempuan cantik berkebaya batik cokelat dan mahkota di kepala berhias bunga mawar hijau muda dan merah.

BACA JUGA: Mengawal Hak Pilih Penyandang Disabillitas Mental

BACA JUGA: KKP Siapkan Aturan Lindungi Nelayan Penangkap BBL

Untaian bunga melati segar ikut menjuntai dari rambut belakang yang disanggul, kemudian turun melewati kedua bahu hingga ke pinggang.

Tangan kedelapan perempuan bak bidadari turun dari kayangan itu mendekap wadah mirip mangkuk dari tembaga berisi aneka kelopak bunga serta dua dupa yang menyala dan menebarkan bau khas.

Kepala barisan dipimpin tiga pria, dua berpakaian serba hitam dengan keris terselip di pinggang kanan dan seorang lainnya berjubah serba putih hingga semata kaki.

Si jubah putih memegang sebilah tongkat hitam dan membiarkan rambut panjang sebahunya sesekali tersibak tiupan angin.

BACA JUGA:Cetak Sejarah, eTimnas Indonesia Juara AFC eAsian Cup 2024

BACA JUGA:Indra Sjafri: Tim U-20 Indonesia terus Mengalami Peningkatan

Ada udeng atau penutup kepala pria khas Bali mereka kenakan. Rangkaian barisan bertelanjang kaki ini terus melangkah melahap aspal hitam yang membawa mereka menuju sebuah rute sedikit mendaki.

Tepat di belakangnya menyemut ratusan masyarakat mengekor langkah barisan istimewa tadi. Ada yang memakai beskap, meski tak sedikit pula berpakaian kemeja batik atau kaos aneka rupa.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan