Pengamat Siber: Registrasi Biometrik e-SIM Menguntungkan, Tetapi Harus Ada Jaminan Keamanan Data Pribadi

Telkomsel bersama Komdigi melaksanakan uji coba registrasi pelanggan jasa telekomunikasi menggunakan data kependudukan biometrik di GraPARI Graha Merah Putih, Jakarta, Selasa (7/10/2025). -Telkomsel-

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Wacana penerapan sistem biometrik dalam registrasi e-SIM card menuai perhatian serius dari para ahli keamanan siber.

Ketua Lembaga Riset Keamanan Siber Communication & Information System Security Research center (CISSReC), Pratama Persadha menilai bahwa kebijakan tersebut berpotensi membawa dampak besar bagi keamanan nasional dan privasi warga jika tidak disertai tata kelola data yang matang.

Menurut Pratama, penggunaan biometrik memang dapat membantu menekan penyalahgunaan nomor telepon, mulai dari penipuan, SIM swapping, hingga berbagai bentuk kejahatan siber yang memanfaatkan identitas anonim.

Namun ia menegaskan bahwa biometrik adalah jenis data yang ekstrem sensitif, karena bersifat permanen dan tidak dapat diganti apabila bocor.

BACA JUGA:Era Baru Pelindungan Data Pribadi

BACA JUGA:Ketua DPR Tagih Aturan Turunan UU Perlindungan Data Pribadi

“Strategi ini hanya efektif jika data biometrik benar-benar dijaga dan diproses dengan standar keamanan tertinggi. Kebocoran biometrik berarti kebocoran identitas permanen,” ujar Pratama kepada InfoPublik.id pada Sabtu (29/11/2025).

Pratama menyoroti maraknya insiden kebocoran data dari sektor publik maupun swasta sebagai tanda bahwa Indonesia belum memiliki sistem perlindungan data yang kuat dan terpusat.

Ia menilai pembentukan Badan Perlindungan Data Pribadi (Badan PDP) menjadi langkah krusial yang harus segera diwujudkan pemerintah.

Tanpa lembaga independen tersebut, katanya, jaminan keamanan hanya bertumpu pada komitmen masing-masing instansi.

BACA JUGA:Era Baru Pelindungan Data Pribadi

BACA JUGA:Ketua DPR Tagih Aturan Turunan UU Perlindungan Data Pribadi

“Pengalaman menunjukkan bahwa pendekatan seperti itu tidak cukup untuk mencegah kebocoran berskala besar,” tambahnya.

Lebih jauh, Pratama menjelaskan bahwa perlindungan data biometrik membutuhkan arsitektur keamanan yang lebih canggih dibandingkan identitas digital biasa. Template biometrik wajib dienkripsi dengan skema yang tidak dapat dibalik, proses verifikasi harus berjalan dalam lingkungan terisolasi, dan pemrosesan sebaiknya dilakukan secara lokal di perangkat untuk meminimalkan transfer data.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan