Menjaga Asa Pertumbuhan Ekonomi di 2024

Pedagang menata dagangannya di grosir sayur pasar Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Ekonomi Indonesia 2024 tumbuh di atas 5%. Jurus meningkatkan daya beli kelompok menengah bawah jadi andalan. ANTARA FOTO/ Umarul Faruq-Radar Utara-Pedagang menata dagangannya di grosir sayur pasar Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Ekonomi Indonesia 2024 tumbuh di atas 5%. Jurus meningkatkan daya beli kelompok menengah bawah jadi andalan. ANTARA FOTO/ Umarul Faruq

Dalam hitungan hari, tahun 2023 bakal terlewati. Inilah tahun yang diisi dengan penuh kewaspadaan. Selain, kondisi ekonomi yang tidak stabil pasca-Covid-19, ada perang Rusia-Ukraina, dan konflik Palestina-Israel, juga perubahan iklim yang kian mengkhawatirkan.

 

Indonesia sendiri, harus menghadapi El Nino yang berkepanjangan. Tahun 2023 bisa dibilang masa yang penuh cobaan alias suram. Memasuki 2024, Pemerintah Indonesia menyambutnya dengan lebih optimis.

 

Sebagaimana diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati, di acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 yang diselenggarakan di Hotel St. Regis, Jakarta, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 masih bisa terjaga di atas 5 persen.

 

Sebelumnya, dalam Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) 2024 pertumbuhan ekonomi dipatok sebesar 5,3%-5,7%, namun menjadi di rentang 5,1%-5,7%. Pada akhirnya, Pemerintah dan DPR pun sepakat mematok pertumbuhan ekonomi, sesuai asumsi makro APBN 2024, di level 5,2%.

 

Ada beberapa faktor yang mendukung optimisme ekonomi Indonesia. Di antaranya adalah perkembangan ekonomi global yang membaik. Prediksi lembaga internasional yang menyebut tahun 2023 menjadi tahun yang cukup gelap bagi ekonomi sejumlah negara besar akibat kenaikan suku bunga, tidak sepenuhnya terjadi. 

 

Bahkan, “Untuk Amerika, nampaknya muncul suatu harapan karena resiliensi dari perekonomiannya hingga akhir tahun ini (2023-Red). Sehingga paling tidak perekonomian dunia terbesar bisa bertahan dengan kenaikan suku bunga yang luar biasa,” jelas Menkeu.

 

Optimisme Menkeu sejalan dengan prediksi sejumlah lembaga asing. Dalam 2024 Global Economics Outlook: The Last Mile Morgan Stanley, misalnya, menyebut ekonomi Indonesia akan tumbuh konsisten di kisaran 5% hingga 2025. Pada 2023, diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5%, lalu 5,1% pada 2024, dan menjadi 5,2% pada 2025.

 

Di Indonesia, demikian Morgan Stanley menulis, momentum pertumbuhan akan tetap kuat, dengan faktor pendorongnya beralih ke tahap pemulihan yang cenderung ditopang oleh belanja modal dan konsumsi, ketimbang ekspor komoditas.

 

Tetap Waspada

Meski penuh optimisme, Pemerintah Indonesia merasa perlu tetap waspada. Alasannya, berbagai dinamika yang terjadi di level global diprediksi punya pengaruh kuat terhadap pertumbuhan ekonomi global. IMF misalnya, dalam outlook per Oktober 2023 telah memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2024 hanya mampu sebesar 2,9%, turun dari proyeksi untuk 2023 sebesar 3%. Proyeksi itu pun telah turun dari kondisi 2022 sebesar 3,5%. World Bank memperkirakan 2024 hanya tumbuh 2,4% sedikit naik dari 2023 yang pertumbuhannya hanya 2,1%.

 

Ada sejumlah faktor yang bisa menekan perekonomian global ke depan dan mempengaruhi ekonomi domestik di antaranya inflasi dunia yang masih terus bertahan tinggi, pelemahan ekonomi Tiongkok, hingga volatilitas harga komoditas.

 

Volatilitas harga komoditas terutama masih dipicu oleh eskalasi tensi konflik global, seperti konflik Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel, geoeconomic fragmentation, shock akibat perubahan iklim, terbatasnya kebijakan fiskal secara global, hingga peningkatan risiko krisis utang dunia.

 

Menghadapi ketidakpastian tersebut, Menkeu Sri Mulyani mengingatkan agar semua pihak tetap waspada. Pemerintah sendiri telah menyiapkan sejumlah jurus. Antara lain, berupaya keras menjaga permintaan domestik karena konsumsi kelompok menengah ke bawah sangat besar. Untuk itu, pemerintah terus berusaha untuk menjaga inflasi dan kenaikan harga pangan.

 

Isu pangan, seperti diingatkan sejak awal 2023, menjadi penting untuk diperhatikan. Demikian halnya dengan berbagai kebijakan, seperti insentif pembelian rumah, pembelian mobil, dan lain-lain. Hal itu diharapkan untuk menjaga sisi supply side-nya. Di sisi lain, pemerintah juga terus mendorong kelompok menengah yang  masih memiliki daya beli, terus dipacu untuk tumbuh.

 

Selanjutnya dari sisi pajak, diupayakan tumbuh tinggi. Ini untuk  mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan. Namun demikian, Menkeu Sri Mulyani mewanti-wanti, hal ini tersebut sebagai critical point bagi Indonesia karena harus menjaga momentum pertumbuhan yang menjadi basis pajak.

 

“Pertumbuhan dari penerimaan pajak kita tahun ini masih 7 persen, so it’s quite remarkable despite baseline-nya naiknya sangat tinggi. Ini akan menimbulkan tax ratio-nya membaik dan kemudian kita fokus belanja akan menjadi lebih baik, meskipun ini adalah tahun terakhir dari Presiden Jokowi. Ini memang mungkin critical point-nya adalah quality spending dan speed of spending,” jelasnya. 

 

Menkeu mengungkapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan sustainable juga harus dipacu dengan produktivitas melalui perbaikan infrastruktur dan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Selain itu, Menkeu menilai APBN juga harus dijaga kesehatannya untuk menahan berbagai guncangan yang akan muncul di tahun depan. 

 

“APBN selama ini waktu dari mulai pandemi atau bahkan sebelum pandemi, kita selalu menjadi countercyclical dan shock absorber yang sangat efektif. Pasti itu bisa dilakukan kalau APBN-nya kredibel dan sehat dan kuat. Makanya selain tadi masalah SDM dan infrastruktur untuk productivity, jaga APBN-nya agar tetap sehat, kuat, dan kredibel,” kata Menkeu.

BACA JUGA:Produk Indonesia Tangguh di Tengah Tantangan Global

Sinergi Antarotoritas

Pendekatan penanganan ekonomi 2024 juga disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Pada saat Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2023, Perry mengingatkan bahwa dalam menghadapi berbagai tekanan ekonomi pada 2024, sinergi kebijakan antarotoritas perlu diperkuat, yaitu dengan optimalisasi sasaran, instrumen kebijakan, dan efektivitas transmisinya.

 

Sinergi kebijakan di bidang ekonomi khususnya dari sisi sinergi bauran kebijakan ekonomi perlu semakin dipererat dalam lima area penting, yakni kebijakan fiskal dan moneter, stabilitas sistem keuangan, digitalisasi ekonomi keuangan, hilirisasi, serta perdagangan, investasi, dan infrastruktur.

 

"Sekali lagi dunia belum akan ramah pada 2024. Kita harus tetap optimis melangkah ke depan penuh keyakinan. Dengan satu semangat sinergi melindungi negara bangsa dan rakyat dari gejolak global di bidang ekonomi, politik, dan bidang lainnya," kata Perry.

 

Lembaga internasional pun telah mengeluarkan beberapa rekomendasi kebijakan supaya Indonesia mampu menjaga daya tahan ekonominya di tengah ketidakpastian global. Rekomendasi itu salah satunya dikeluarkan oleh Bank Dunia atau World Bank.

 

Dalam dokumen Indonesia Economic Prospects Desember 2023, Bank Dunia menyarankan supaya Indonesia harus memanfaatkan fundamental ekonomi yang sudah kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat, lebih hijau, dan lebih inklusif.

 

Untuk dapat mewujudkannya adalah penting untuk terus menjalankan reformasi yang menghilangkan berbagai hambatan yang membatasi pertumbuhan efisiensi, daya saing, dan produktivitas.

 

Dengan cara seperti itu, Indonesia sangat berpeluang mempercepat pertumbuhan, menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih baik, serta mencapai visinya menjadi negara berpenghasilan tinggi pada tahun 2045.(*)

 

Sumber : Indonesia.go.id

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan