Dendam
Ilustrasi-radarutara.bacakoran.co-
Ia sudah tidak sabar lagi untuk menebas leher Ridahnan yang saat ini sedang memimpin laga Semifinal kedua antara Lanceng Mereng melawan Serigala Nocceng pada turnamen itu.
Kemarin, Tim yang didirikannya, Macan Alipen kalah satu poin pada rival terberat mereka yaitu Harimau Bencong.
Sejak peluit pertama dibunyikan, timnya unggul dalam statistik penyerangan, hingga pada menit ke 10 paruh pertama, timnya berhasil mencetak satu poin, akselerasi salto akrobatik yang ia peragakan mampu membuat tim lawan kewalahan untuk membidiknya, Ia berlari cukup kencang selaksa seekor harimau yang sedang mengejar mangsanya, ia menerobos beberapa pemain lawan, hingga akhirnya ia berhasil masuk dan mencetak satu poin, sorak sorai suporter menggema meneriakkan namanya, Marbinto.
BACA JUGA:Di Balik Pintu Hotel Melati
BACA JUGA:Wajahmu Berbeda
komentator handal, Bung H. Fadhal berteriak gol dengan heroik seperti komentator sepak bola dunia di Channel Bein Sport.
Pada detik-detik akhir paruh kedua, Ridahnan selaku pemimpin jalannya laga membuat keputusan yang sangat mengecewakan dan sangat kontroversial, ia tidak mengesahkan tembakan Marbinto pada salah satu pemain lawan, padahal sudah jelas-jelas lemparannya sudah mengenai pantat pemain tersebut, seorang gebber yang bertugas mengawasi di sektor lapangan bagian depan pun sudah mengangkat benderanya, sebagaai tanda bahwa tembakan Marbinto kena sasaran dan sah.
Namun Ridahnan selaku Wasit utama yang mempunyai otoritas penuh terhadap keputusan-keputusan dalam pertandingan tidak meniup peluitnya sebagai tanda justifikasi terhadap lasmen/gebber yang telah mengangkat benderanya.
Ia menganggap bahwa tembakan Marbinto sama sekali tidak mengenai badan si pemain itu.
BACA JUGA:Sekuntum Mawar dengan Tangkai yang Patah
BACA JUGA:Negeri Jenggala
Ridahnan dan beberapa pemain Macan Alipen lainnya memprotes keras keputusan wasit berkopyah putih dan yang sudah berkepala tiga tersebut, namun masih enggan mengubah keputusannya.
Kericuhan pun tidak bisa terelakkan, ribuan penonton, yang terdiri dari anak-anak, ibu-ibu, bapak-bapak semuanya berkerumun memadati lapangan.
Untungnya, beberapa oknum polisi yang memang ditugaskan berhasil melerai kericuhan tersebut, sehingga beberapa menit berselang, pertandingan kembali dilanjutkan.
Al-hasil, pemain bernomor punggung 1 itu berhasil mencatatkan namanya dipapan skor dengan mencetak 2 angka sekaligus atau angka kembar, ia berhasil melakukan PP (Pulang Pergi) tanpa berhenti di bengko kene" dan bengko raja.
