MAKAM KERAMAT BAH UYUT

Ilustrasi-ist-
BACA JUGA:FATAMORGANA BRAVIA MANJIA
Sekali lagi semua orang tidak peduli. Bagi mereka cukuplah dengan keramatnya makam Bah Uyut dan banyaknya orang yang datang mengharap berkah atasnya itu sudah cukup karena dengan itu kehidupan ekonomi berputar. Mereka tidak memikirkan hal lain di luar itu. Sekali lagi tidak peduli dan tidak penting.
Kakek sebagai turunan Bah Uyut generasi ketujuh memiliki kewajiban untuk melestarikan ajaran dan teladan dari Bah Uyut.
Penduduk kampung harus mengikuti tradisi leluhur, yakni menghormati Bah Uyut sebagai pendiri kampung dan orang yang sangat berjasa untuk kampung. Kakek sangat bersemangat ketika ada orang yang ingin mengetahui sejarah Kampung Karangsambung ini.
Muka Kakek sangat berbinar, bersemangat, dan berapi-api ketika menceritakan leluhurnya tersebut, Bah Uyut.
BACA JUGA:Penjamah di Tanah Tuah
BACA JUGA:Perempuan Penggenggam Pasir
Suatu hari di musim kemarau yang panjang, warga kampung dikejutkan dengan kedatangan Pak Darma, lelaki kaya dari kota yang sedang mencari makam leluhurnya. Pak Darma sebetulnya adalah warga Kampung Karangsambung juga.
Hanya saja, setelah ayahnya meninggal, Pak Darma dibawa oleh ibunya ke tempat asal ibunya dan tidak kembali. Pak Darma datang kembali ke Kampung Karangsambung ini karena dia kehilangan sejarah keluarganya dan berharap mendapatkan pencerahan di kampung kelahirannya.
"Bapak mencari apa?" tanya Kakek yang sedang membersihkan pagar besi di makam Bah Uyut. "Apakah Kakek tahu di kompleks pemakaman ini ada makam dengan nama DurmadiI," ujar Pak Darma kepada Kakek.
Sejenak Kakek mengernyitkan dahi, tanda berpikir keras. Selama dia menjadi juru kunci makam Bah Uyut, tidak pernah mendengar makam dengan nama Durmadil.
BACA JUGA:Sungai Yang Meminta Kedatangan
BACA JUGA:Rubik Hati Naras
"Kalau boleh tahu, siapakah Durmadil itu?" ujar Kakek. Pak Darma menjelaskan bahwa dia bermimpi bertemu dengan Kakek Buyutnya, Pak Durmadil.
Dalam mimpinya, Pak Darma melihat bahwa Kakek Buyutnya sangat menderita, dia bersedih, dia menangis, dia merana. Dalam mimpinya, Kakek Buyut Pak Darma meminta agar makamnya segera diketemukan dan dibersihkan. Begitu cerita Pak Darma kepada Kakek.