Sungai Yang Meminta Kedatangan

Ilustrasi-ist-

Sudah seperti yang lalu-lalu, Pak Prehatin yang merokok di emperan tanpa baju itu pun sangat mahfum dengan hal beginian.

BACA JUGA:Rubik Hati Naras

BACA JUGA:SESUATU DALAM MAHKOTANYA

"Sepuluh juta semoga cukup ya, Pak?" kata satu orang perempuan berwajah dingin berkacamata hitam.  Di belakangnya, dua pria muda yang Pak Prehatin yakini merupakan anak dari perempuan itu tampak gagah dengan setelan hem hitam. 

Perempuan itu lalu memperlihatkan  derai air mata yang mengurai turun. Mengenakan kaos tangan lateks hitam, perempuan itu menyeka tangisnya.

Dua orang di belakang dengan segera menempelkan satu tangan yang juga bersarung hitam itu untuk menenangkan sang bunda.

Dari pandangan Pak Prehatin semakin yakinlah bahwa orang kaya di depannya itu sungguh menjaga wibawanya. Mungkin tak sudi bagi mereka untuk terjangkit penyakit atau kotoran lingkungan sekitar.

BACA JUGA:Celurit Matrah

BACA JUGA:Defisit Kebudayaan: Sastra dalam Bayangan Pasar dan Prinsip 5W-1H

Mau risih juga susah melihat tingkah mereka yang sedikit sinis dalam membaca keadaan kekumuhan ini.

"Kalau boleh tahu mengapa suami Anda nekad begitu?"

"Depresi karena kebangkrutan perusahaan, Pak?" timpal salah satu pria.

Si pria muda segera membuka koper. Tampak deretan rapih dan wangi lembaran ratusan ribu. Bergepok-gepok malahan.

"Saya tidak bermaksud lancang. Tapi alangkah baiknya bapak cek di dalam saja. Apakah uang ini kurang atau cukup."

BACA JUGA:Kembali ke Laut

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan