Sungai Yang Meminta Kedatangan
Ilustrasi-ist-
BACA JUGA:Ibu Sambung
Melihat gesture ketiganya yang benar-benar alergi dengan debu dan udara sekitar sini sungguh konyol jika malah makin dalam memamerkan kemiskinan Pak Prehatin.
"Cukup, Mas. Saya percaya. Taruh di dalam saja. Maaf, ruangannya berantakan."
Pria muda tersenyum kecil lalu masuk ke dalam rumah untuk menaruh koper.
Pak Prehatin kemudian mengucapkan terima kasih beriring dengan langkah pergi ketiga tamu spesialnya. Sesuai janjinya, siang ini Pak Prehatin akan langsung menyisir sungai untuk menemukan jasad Pak Birma, suami dari perempuan yang menangis tersebut.
Merambat siang sambil melajukan sampan, Pak Prehatin memikirkan Kinong yang belum pulang. Mungkin dia bermain bola saat ini, gumamnya.
BACA JUGA:FATAMORGANA BRAVIA MANJIA
BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN
Melarung sejenak dalam khayalan, uang banyak itu tentunya mampu untuk membuat Kinong beli sepeda baru. Yah selama ini putranya itu hanya berjalan saja saat ke sekolah.
Tak lama pikirannya malah digelayuti kembali oleh kejadian malam tadi. Perkelahian antar kelompok kerap juga Pak Prehatin temui.
Pengejaran polisi atas pelaku copet juga pernah. Memang intinya bendungan ini seolah menjadi medan magnit dan sungai di sini adalah penari pemikatnya untuk solusi dari perselisihan batin atau antar sesama.
Sementara malam tadi walau tak pernah, Pak Prehatin yakin itu suara tembakan. Belum selesai dia membuat deduksi-deduksi recehnya tiba-tiba sampannya malah membentur sesuatu.
Matanya yang semula terhanyut kosong ke depan coba ia turunkan pandang. Pak Prehatin setengah berjingkat.
BACA JUGA:Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular
BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK