Sungai Yang Meminta Kedatangan
Ilustrasi-ist-
Pria kurus itu menunggu di emperan sambil merokok seperti biasa. Sesekali ia menengok jam. Sudah pukul tiga sore tapi putranya belum pulang. Benar-benar bocah itu keasyikan main, batinnya.
Tak lama tampak tiga orang muncul dari tanggul jalan. Pak Prehatin menguraikan senyum melihat kerabat dari jenazah ini sudah datang.
BACA JUGA:Kembali ke Laut
BACA JUGA:Ibu Sambung
Dia berdiri bersiap menyalami kerabat yang mulai merapat itu. Istri alm. Pak Birma tampak masih sedih dan menangis lagi. Satu anak kandung alm. Pak Birma meraih telepon dan berbicara singkat.
Manakala Pak Prehatin telah keluar emperan, sekonyong-konyong sebuah teriakan muncul.
"Diam di tempat! Angkat tangan! Jangan bergerak!!!!"
Suara tinggi lantang itu disusul dengan derap kaki beberapa pria berbadan tegap yang keluar lalu menerjang dari samping rumah Pak Prehatin.
Satu pria berpakaian urakan langsung menjegal tubuh kurus Pak Prehatin dan memitingnya hingga pipinya menempel coran jalan.
BACA JUGA:FATAMORGANA BRAVIA MANJIA
BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN
"Ampun, Pak! Ada apa ini! Salah saya apa, Pak!"
"Jangan bohong!!!" hardik istri alm. Pak Birma yang seolah hendak mencengkram. Dua anak di belakangnya berusaha menahan dengan wajah gusar dan cemas. "Perampok mana yang mau ngaku, hah!!! Biadap!!!Bangun!!!!!"
Petugas berpakaian preman itu lantas menegakkan tubuh Pak Prihatin. Polisi itu memborgolnya sementara petugas lain langsung masuk dalam rumah.
"Perampok? Ibu saya nggak pernah didik saya untuk jadi itu. Perempuan ini fitnah saya Pak Polisi!" protes Pak Prehatin heran bercampur marah.