Dusun Wotawati Mengejar Sang Mentari

Dusun Wotawati berada di lembah bekas aliran purba Bengawan Solo. Sebagian besar fasad rumah warganya telah bersalin rupa dengan tampilan depan seragam. -ist-

BACA JUGA:Trem Batavia, Primadona Transportasi Warga Ibu Kota Tempo Dulu

Meski fenomena itu sepintas menarik, nyatanya menimbulkan tantangan bagi warga Wotawati. Di antaranya, sering kali pakaian yang mereka jemur menjadi susah kering.

Durasi paparan sinar matahari yang sebentar ikut berpengaruh kepada pertumbuhan tanaman warga. Akhirnya warga pun harus berdaptasi dengan kondisi yang mereka alami dan seolah seperti mengejar matahari. 

Misalnya jika hendak pergi keluar dusun, maka harus diupayakan pulang sebelum gelap atau tiba di tempat tinggal mereka sebelum jam 16.00 WIB.

Posisi yang dijepit oleh perbukitan tinggi menyebabkan warga sedikit kesulitan menangkap sinyal siaran televisi dan ponsel. Itu sebabnya, di hampir atap rumah warga kita dapat dengan mudah menjumpai antena parabola. Kendati terpencil, warga dusun sudah menikmati listrik selama 24 jam.

BACA JUGA:Menilik Tradisi Barapen : Tradisi Unik Bakar Batu Masyarakat Papua Jelang Perayaan Natal

BACA JUGA:Memeluk Masa Lalu Merajut Masa Depan

Kepala Kelurahan Pucung Estu Driyono seperti dikutip dari website Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul mengungkapkan fenomena menarik di Wotawati bahkan bisa lebih singkat dirasakan sewaktu musim hujan tiba. Sebab, cuaca mendung justru lebih mempersingkat daratan Wotawati disinari oleh matahari. 

Kendati demikian, fenomena menarik di Dusun Wotawati menyimpan potensi wisata karena jarang ditemui di daerah lainnya. Selain itu warga setempat memiliki budaya yang tak kalah menarik untuk ditawarkan kepada wisatawan seperti tradisi gendhuri atau upacara meminta turun hujan.

Seperti diketahui, daerah Gunungkidul yang terdiri dari 18 kecamatan merupakan Kawasan tandus karena dikelilingi oleh perbukitan dan pegunungan karst yang sulit menyimpan air. 

Melihat potensi wisata yang bisa dikembangkan dari Dusun Wotawati ini, maka sejak Juni 2024, Pemkab Gunungkidul memutuskan untuk menggelontorkan anggaran yang diambil dari Dana Istimewa (Danais) sebesar Rp5 miliar.

BACA JUGA:Kacapi Buhun hingga Carita Pantun, Keluhuran Nilai Masyarakat Banten

BACA JUGA:Menilik Boneka Teru-teru Bozu yang Dipercaya Masyarakat Jepang bisa Cegah Hujan, Benarkah Efektif?

Dana sebesar itu digunakan untuk penataan kawasan dusun seperti membangun ulang pagar dan teras rumah warga agar tampilannya lebih artistik. 

Sebagian besar fasad rumah warga saat ini telah bersalin rupa dengan tampilan depan seragam. Misalnya pintu halaman dibangun gapura kecil serta pagar telah ditembok.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan