Dusun Wotawati Mengejar Sang Mentari
Dusun Wotawati berada di lembah bekas aliran purba Bengawan Solo. Sebagian besar fasad rumah warganya telah bersalin rupa dengan tampilan depan seragam. -ist-
Untuk mencapai padukuhan ini jaraknya sekitar 36 kilometer dari Kota Wonosari atau 1 jam berkendara motor melewati Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) di Rongkop.
Kalau dari jantung Kota Yogyakarta jaraknya 78,4 km atau sekira 2 jam 6 menit berkendara. Wotawati untuk sementara hanya dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi.
BACA JUGA:Kembalinya Sang Ganesha
BACA JUGA:Kembalinya Candi Lumbung ke Desa Sengi
Dusun Wotawati letaknya di lembah bekas aliran purba Bengawan Solo dan untuk mencapainya perlu ekstrahati-hati lantaran kontur jalannya yang menurun dan sedikit curam terutama di musim hujan karena belum diaspal, baru sebatas diberi cor blok.
Sebelah selatan dusun adalah Samudra Hindia sedangkan bagian timur berbatasan dengan Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri di Jawa Tengah.
Lantaran lokasinya yang dipeluk oleh perbukitan membuat suhu udara dusun ini lebih sejuk dari tempat lain di sekitarnya, antara 24--26 derajat Celcius di waktu siang dan sekira 20--21 derajat Celcius kala malam hari.
Kiri dan kanan dusun berdiri menjulang tebing bukit hijau ditumbuhi aneka tanaman keras milik warga seperti jati. Sebagian lainnya menanam singkong, pisang, jagung, dan kedelai.
BACA JUGA:Menyusuri Jejak Sejarah Gereja Blenduk
BACA JUGA:Menilik 5 Tempat yang Dianggap Paling Berhantu di Dunia, Padahal Terlihat Mewah?
Warga dusun yang dihuni oleh 82 kepala keluarga (KK) atau sekitar 450 jiwa yang mendiami 4 Rukun Tetangga (RT) ini juga memelihara ternak sapi dan kambing yang pakannya berupa rumput gajah ditanam di sela pepohonan jati.
Sebagian besar mereka merupakan warga asli yang telah hidup di Wotawati secara turun temurun sejak berabad silam.
Terletak di lembah diapit dua perbukitan besar di sisi timur dan barat membuat Dusun Wotawati tidak pernah terpapar sinar matahari dalam waktu lama.
Berbeda dengan wilayah lain, sinar mentari baru menerangi Wotawati sekitar pukul 8 pagi dan kembali menghilang sebelum jam 16.00 WIB dan membuat kawasan dusun gelap. Artinya, warga Wotawati menikmati terbitnya matahari lebih lambat dan merasakan tenggelamnya sang surya lebih cepat dibandingkan daerah lain.
BACA JUGA:Iraw Tengkayu, Perayaan Suku Tidung yang Sarat Filosofi Kehidupan