Menyusuri Jejak Sejarah Gereja Blenduk
Gereja Blenduk, Semarang adalah warisan kolonial yang hingga hari ini tetap berfungsi dan terjaga -WIKI COMMON-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Semarang tidak hanya dikenal karena bangunan legendaris Lawang Sewu, melainkan juga ikon lain yang tak kalah memukau, yakni Gereja Blenduk, yang terletak di jantung Kota Lama. Kawasan itu sendiri dulunya disebut "Little Netherlands".
Di situ, terdapat sejumlah warisan arsitektur kolonial yang megah dan atmosfer yang membawa pengunjung seakan melintasi lorong waktu.
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) Immanuel Semarang atau dikenal dengan Gereja Blenduk, dengan kubah besarnya yang khas, bukan sekadar bangunan tua. Gereja itu merupakan simbol keteguhan dan saksi bisu perjalanan panjang sejarah Semarang.
Di tengah geliat revitalisasi Kota Lama yang dilaksanakan Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Jawa Tengah Direktorat Jenderal Cipta Karya, gereja tersebut tetap berdiri anggun dan memikat siapa pun yang melangkah masuk ke dalam atmosfer masa silam yang penuh cerita.
BACA JUGA:Menilik 5 Tempat yang Dianggap Paling Berhantu di Dunia, Padahal Terlihat Mewah?
BACA JUGA:Iraw Tengkayu, Perayaan Suku Tidung yang Sarat Filosofi Kehidupan
Sebagai informasi, rehabilitasi Gereja Blenduk mulai dikerjakan sejak 8 Mei 2024 dan sesuai kontrak, selesai pada 31 Desember 2024 dengan progres konstruksi saat ini 71%. Pekerjaan rehabilitasi ini menggunakan biaya APBN senilai Rp26,2 miliar yang digunakan untuk rehabilitasi bangunan tambur dan menara, pekerjaan atap kubah dan cupola, portico dan rumah lonceng, pekerjaan ME (CCTV, genset, tata suara, tata udara, penerangan, fire alarm), serta pekerjaan lansekap, drainase dan toilet.
Sebelumnya, Gereja Blenduk yang berdiri tepat di Jl Letjen Suprapto nomor 32, Kota Semarang, pernah direvitalisasi sebanyak dua kali. Yakni, pada 1895 dan 2003.
Selain sebagai tempat peribadatan, Gereja Blenduk juga menjadi salah satu objek wisata religi sekaligus sejarah di Kota Semarang.
BACA JUGA:Trem Batavia, Primadona Transportasi Warga Ibu Kota Tempo Dulu
BACA JUGA:Di Balik Pesona Festival Gandrung Sewu Banyuwangi: Menyimpan Sejuta Filosofi
Proses revitalisasi ketiga yang tengah berjalan kali ini mendapat perhatian khusus Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti.
Saat berkunjung ke Kota Lama pada Ahad, 10 November 2024, Diana menegaskan pentingnya percepatan proyek ini, dengan harapan agar semua selesai sebelum Natal 2024.
"Kita ingin Kota Lama ini kembali hidup sebagai pusat budaya dan wisata. Bukan sekadar bangunan mati, yang hanya menampung cerita masa lampau," ujarnya optimis.