Kembalinya Candi Lumbung ke Desa Sengi

Candi Lumbung tempat peribadatan umat Hindu di sekitar Merapi. -ist-

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Gunung Merapi merupakan gunung api paling aktif di Indonesia pada saat ini lantaran mengalami erupsi tiap 2--5 tahun sekali.

Letusan Merapi selalu diwaspadai karena memuntahkan jutaan ton material vulkanik dari perutnya dan acap menimbulkan banjir lahar dingin yang menerjang dan merusak desa-desa di sekitar alirannya.

Banjir lahar dingin Merapi bukan saja menjadi ancaman bagi masyarakat karena dapat merusak bangunan, memutus akses jalan dan jembatan, dan menghancurkan lahan pertanian serta perkebunan warga.

Peristiwa alam tersebut juga berpotensi sebagai ancaman bagi benda-benda peninggalan masa lampau yang letaknya tak jauh dari aliran lahar dingin.

BACA JUGA:Menyusuri Jejak Sejarah Gereja Blenduk

BACA JUGA:Menilik 5 Tempat yang Dianggap Paling Berhantu di Dunia, Padahal Terlihat Mewah?

Salah satunya adalah Candi Lumbung yang menjadi tempat peribadatan umat Hindu di sekitar Merapi.

Mengutip website Pemerintah Kabupaten Magelang dijelaskan bahwa Candi Lumbung kemungkinan merupakan pendharmaan bagi Bathara di Salingsingan yang ditunjukkan dengan jenis persembahan khususnya berupa payung emas yang diberikan oleh Rakai Kayuwangi.

Lokasi candi yang telah berdiri sejak abad ke-9 Masehi tersebut ada di sebelah barat aliran Sungai Pabelan, tepatnya di Desa Sengi, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah (Jateng).

Dalam buku Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch Indie terbitan 1914, di candi ini tercatat ada tiga arca Ganesha dan dua buah lingga. Namun arca dan lingga itu kini sudah tidak ada di kompleks Candi Lumbung ini. 

BACA JUGA:Iraw Tengkayu, Perayaan Suku Tidung yang Sarat Filosofi Kehidupan

BACA JUGA:Trem Batavia, Primadona Transportasi Warga Ibu Kota Tempo Dulu

Candi Lumbung semula letaknya sekitar 3 meter dari bibir Sungai Pabelan. Akibat diterjang banjir lahar dingin hingga berulang kali pada 2010, mengancam keberadaan candi tersebut.

Pasalnya, aktivitas banjir lahar dingin ini telah menggerus bibir Sungai Pabelan dan membuat posisi candi tinggal berjarak 50 sentimeter saja dari tebing aliran sungai.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan