Mendongkrak Kinerja Investasi Manufaktur Tetap Moncer

Industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya menjadi penyumbang terbesar dengan nilai investasi mencapai Rp55,87 triliun atau sekitar 12,95 persen dari total investasi di sektor manufaktur. -ANTARA FOTO / Raisan Al Farisi-

Investasi terbesar berasal dari sektor industri logam dasar dan peralatan logam, dengan penanaman modal sebesar USD3,03 miliar, setara dengan 19,6 persen dari total PMA di Indonesia. Selain itu, sektor transportasi, gudang, dan telekomunikasi mencatatkan investasi asing sebesar USD2,02 miliar atau 13,03 persen dari total PMA.

Di urutan selanjutnya adalah sektor pertambangan (USD1,56 miliar), industri kimia dan farmasi (USD1,3 miliar), dan industri makanan (USD0,92 miliar).

BACA JUGA: PMI Manufaktur Indonesia Konsisten Ekspansi 31 Bulan Berturut-turut

BACA JUGA: Permintaan Domestik Topang Sektor Manufaktur Indonesia

Kontraksi PMI

Meskipun sektor manufaktur terus menunjukkan kinerja positif, Purchasing Manager Index (PMI) manufaktur Indonesia mengalami kontraksi dalam beberapa bulan terakhir. Pada September 2024, PMI tercatat di level 49,2.

Itu menunjukkan adanya penurunan aktivitas produksi di sektor ini. Namun, tren investasi yang terus meningkat menunjukkan bahwa Indonesia tetap menjadi tujuan yang menarik bagi investor, baik lokal maupun asing.

Ekonom Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro menilai bahwa Bank Indonesia (BI) telah mengambil langkah tepat dengan mempertahankan suku bunga BI Rate pada level 6 persen.

BACA JUGA:Investasi di Sektor Manufaktur Terus Naik

BACA JUGA: Ini Capaian Pertumbuhan Industri Manufaktur Indonesia

Kebijakan itu diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, terutama menjelang pergantian presiden dari Joko Widodo ke Prabowo.

Sepanjang Oktober 2024, rupiah mengalami depresiasi sebesar 2,82 persen, yang sebagian besar dipicu oleh eskalasi geopolitik global. Ke depan, tantangan juga bakal dihadapi Bank Indonesia dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada November 2024.

Selain itu, hasil pemilihan Presiden AS dan ketegangan antara Israel dan Iran juga akan menjadi faktor yang mempengaruhi kebijakan moneter di Indonesia.

Di tengah ketidakpastian global itulah, pertumbuhan investasi Indonesia berlangsung signifikan, terutama di sektor manufaktur.

BACA JUGA:Investasi di Sektor Manufaktur Terus Naik

BACA JUGA:Triwulan III, Sektor Manufaktur Tumbuh Lampaui Pertumbuhan Ekonomi

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan