“Itu memang tugasnya kita untuk mendidik para ibu-ibu terutama, supaya lebih tenang kalau diimunisasi atau vaksinasi. Dengan adanya media sosial sekarang, memang segala macam hoax itu beredar, untuk itu saya minta tolong dengan media, imunisasi dan vaksinasi itu prosesnya panjang sekali, enggak mungkin bisa keluar tanpa approval (persetujuan) dari otoritas-otoritas seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM),” paparnya.
Ia menegaskan, beberapa vaksin bahkan sudah melalui otoritas dari dunia seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sehingga keamanannya sudah pasti teruji.
BACA JUGA:Vaksin Anti Rabies di Mukomuko Masih 84 Viral
BACA JUGA:Dinkes Pastikan Stok Vaksin Anti Rabies di Mukomuko Cukup
“Kemudian, orang mencegah dengan divaksinasi itu jauh lebih murah, nyaman, dibandingkan dia terkena penyakit duluan. Sekarang misalnya lagi menjalar cacar air atau cacar monyet, segala macam jenis cacar, itu dulu banyak membuat masyarakat menderita dan cacat, kemudian keluar vaksinnya, kita divaksin, akhirnya itu kan hampir hilang dari dunia,” tuturnya.
Menurut dia, patogen atau virus berpotensi untuk bermutasi kembali sehingga lebih baik mengutamakan tindakan preventif daripada kuratif.
“Itu sebabnya menurut saya jauh lebih baik kita lakukan tindakan preventif, salah satunya adalah vaksinasi, dibandingkan harus mengobati,” tuturnya.
Memacu Kemandirian
BACA JUGA:Dinas Pertanian Geber Vaksinasi Jembrana
BACA JUGA:Dinas Pertanian Buka Layanan Vaksinasi Jembrana Gratis
Kemandirian produk-produk biofarmasi dalam negeri memang kian terpacu dengan diresmikannya fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia.
Menurut Menkes Budi, langkah PT Biotis merupakan bukti nyata bagaimana industri farmasi nasional dapat berkembang dan berkontribusi dalam menciptakan kemandirian vaksin. Selain juga, mendukung visi pemerintah dalam mewujudkan Indonesia yang lebih sehat dan mandiri.
"Vaksin ini penting dan enggak boleh hanya satu, ketahanan kesehatan kita kalau satu itu kurang. Ke depan, akan banyak patogen baru, jadi Biotis diberi kemampuan memahami patogen-patogen yang ada di hewan, sehingga nanti kalau bikin vaksin lebih bagus," kata Menkes Budi.
Menkes Budi juga berharap agar ke depan, yang dikembangkan bukan hanya infectious disease (penyakit menular). Melainkan juga, sambung dia, vaksin untuk sistem imun.
BACA JUGA:Perdana, Mukomuko Beli 1.700 Vaksin Rabies