Bukit Menumbing Saksi Sejarah Perjuangan Bangsa

Jumat 16 Aug 2024 - 21:20 WIB
Reporter : Wahyudi Ndut
Editor : Ependi

Wakil presiden pertama di Indonesia itu menggambarkan gedung peristirahatan itu selain bertingkat dua, terdapat sebuah bungalow yang belum selesai dicat.

Lantai pertama Pesanggrahan Menumbing disebut Hatta terdapat ruang duduk, di sebelah kiri bersambung ke sebuah kamar tidur dan kamar mandi, di sebelah kanan bersambung turut bersambung dengan kamar tidur tetapi tanpa kamar mandi.

Tepat di lantai dua terdapat sejumlah kamar, dan atapnya berbentuk datar mirip sebuah ruang terbuka yang dipakai para pemimpin bangsa yang diasingkan untuk menghangatkan badan sembari memandangi Kota Muntok dari segala sisi dan tentu saja Selat Bangka dan samar-samar daratan Pulau Sumatra di kejauhan.

Belanda kemudian mengirimkan Soekarno bersama Agus Salim, Mohammad Roem, dan Ali Sastroamidjojo untuk diasingkan ke Muntok pada 6 Februari 1949.

BACA JUGA:Mengungkap Sejarah dan Rahasia Kesegaran Teh

BACA JUGA:Menyikap Jejak Sejarah Hotel Raja Majapahit, Umpak Balekambang

Mereka ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing, namun berbeda kamar. Soekarno ditempatkan di kamar 12, kamar 12-A diisi oleh Mohammad Roem, dan Agus Salim di kamar 11.

Belakangan, Soekarno tidak nyaman dengan hawa dingin puncak Bukit Menumbing dan minta dipindahkan ke Pesanggrahan Muntok atau Wisma Ranggam bersama Agus Salim, Mohammad Roem, dan Ali Sastroamodjojo.

Selama masa pengasingan di Menumbing, tokoh-tokoh pemimpin bangsa tersebut tetap sibuk berjuang lewat jalur diplomasi.

Mereka menyiapkan berbagai konsep penyusunan strategi perundingan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

BACA JUGA:Melihat Jejak Sejarah Soto Betawi

BACA JUGA:Misteri Sum Sum Tulang, Sajian Makanan Manusia Sejak Zaman Prasejarah

"Dari Alcatraz saya di Bangka, saya tahu perlawanan 350 tahun negara kami segera berakhir," ucap Soekarno seperti dituliskan Cindy Adams, penulis Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

Keyakinan Soekarno itu membuahkan hasil, karena pada 17 April 1949, Indonesia duduk bersama dengan Belanda untuk menyelesaikan niat kolonial untuk pengembalian kedaulatan.

Perjanjian yang diwakilkan kepada kedua pemimin delegasi, Mohammad Roem dan Herman van Roijen itu di kemudian hari dikenal sebagai Perjanjian Roem-Roijen.

Usai Perjanjian Roem-Roijen itu, Soekarno pada 6 Juli 1949 kembali dari pengasingannya di Muntok ke Yogyakarta, ibu kota sementara Republik Indonesia. Selanjutnya pada 13 Juli 1949, perjanjian penting tersebut disahkan oleh pemerintahan sementara Republik Indonesia.   

Kategori :