Tak heran jika beberapa waktu lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyampaikan rencana untuk membuka keran ekspor benih lobster atau benur, dengan menggaet Vietnam.
Kini, rencana itu berada dalam tahap pengkajian. Jika terlaksana, maka disebutkannya, bakal ada syarat yang harus dipenuhi Vietnam agar bisa mendapatkan benih lobster secara legal dari Indonesia.
BACA JUGA: Indonesia Gandeng Vietnam Jadi Pemain Lobster Dunia
BACA JUGA:Pancaroba Cuaca, Ikan Diserang Virus, Benih Sulit Dicari
"Langkah terbaik kita berikan ruang kepada investor yang ada di Vietnam untuk melakukan budi daya di Indonesia. Sudahlah kamu budi daya dulu di Indonesia, kalau kamu melakukan budi daya di Indonesia, kemudian kita bisa melihat, kebutuhan BBL (benih lobster) di sana kita bisa penuhi, tapi syaratnya mesti bayar secara resmi ke pemerintah Indonesia," ungkap Trenggono awal tahun 2024.
Trenggono memberikan contoh perhitungan, jika Indonesia bisa memenuhi kebutuhan bibit lobster ke Vietnam sebanyak 300 juta bibit, dengan harga Rp5.000 per bibit saja, maka Indonesia sudah bisa meraup untung hingga Rp1,5 triliun.
"(Nilai) Rp1,5 triliun itu jadi PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak). Itu manfaatnya besar gak? Besar," ujarnya.
Kemudian, Trenggono mengingatkan, dengan adanya investor dari Vietnam yang melakukan budi daya di Indonesia, maka bisa membentuk multiplier effect.
"Karena dia akan membangun supply chain. Jadi bagaimana penyiapan pakan, tenaga kerja dan sebagainya," tukasnya.
BACA JUGA: Indonesia Gandeng Vietnam Jadi Pemain Lobster Dunia
BACA JUGA:Pancaroba Cuaca, Ikan Diserang Virus, Benih Sulit Dicari
Saat ini, menurut Trenggono, Vietnam merupakan negara yang tidak memiliki benih lobster. Namun, dengan benih lobster yang didapatinya secara ilegal dari Indonesia, nilai ekspor lobster Vietnam ke Tiongkok mencapai USD2,5 miliar.
Sedangkan Indonesia baru di USD10 juta dan paling banyak USD20 juta per tahun.
"Vietnam itu tidak ada BBL. BBL itu hanya memijah di daerah Indonesia. (Nilai ekspor BBL) kita cuma USD10 juta--USD20 juta per tahun, sedangkan mereka (Vietnam) bisa USD2,5 miliar. Ya sedihlah," kata Trenggono.
Sumber : Indonesia.go.id