Hasil mitigasi yang telah dilakukan pihaknya, Ferry mengungkapkan fakta-fakta yang tak jauh beda dalam kasuistik yang terjadi selama ini.
Kebutuhan keandalan listrik di pusat pemerintahan, nyatanya belum teratasi, meskipun kebutuhannya sudah disuplai dari berbagai penjuru.
Kalau dianalogikan, listrik di daerah ini seperti seseorang yang memiliki tingkat birahi tinggi, namun kemampuan yang sudah tidak seimbang lagi. Begitulah kondisi energi listrik saat ini di Bengkulu Utara.
BACA JUGA:Daerah Klaim Verfal Data Calon Penerima Bansos Beras 353,7 Ton
Dalam wawancara sebelumnya, ULP Arga Makmur menyampaikan, secara kumulatif, total kebutunan listrik di daerah ini, yang meliputi Kota Arga Makmur sebagai pusat pemerintahan, bisa mencapai 20 hingga 22 MW.
Lonjakan kebutuhan arus listrik, rerata terjadi mulai petang hingga malam hari. Khusus Kota Arga Makmur saja, kata dia, kebutuhannya bisa mencapai 3,5 MW pada malam harinya. Itu setara 2/3 dari total kemampuan atau kapasitas PLTD Kota Bani yakni 5 Mega Watt atau MW.
Dengan jumlah pelanggan total mencapai 86 ribu, pengoperasian GI Arga Makmur nantinya akan menjadi sangat strategis dalam menopang kebutuhan listrik di daerah.
Adapun total panjang jaringan transmisi listrik PLN di kabupaten ini mencapai 1.050 Kilo Meter Sirkuit atau KMS.
BACA JUGA:Daerah Klaim Verfal Data Calon Penerima Bansos Beras 353,7 Ton
Migrasi dari energi fosil menjadi energi baru terbarukan atau EBT, mulai didengungkan Perusahaan Listrik Negara atau PLN Persero.
PLN Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Bengkulu, belum lama ini terpantau menjujug salah satu basis penyulang listrik yang menggunakan tenaga diesel yang ada di Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau PLTD Kota Bani yang berada di Desa Kota Bani Kecamatan Putri Hijau, Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu.
Ditiliknya both milik PLN yang berada di bawah wilayah kerja PLN ULP Mukomuko ini, dalam rangka konfigurasi de-dieselisasi PLTD Ipuh yang ada di Kabupaten Mukomuko.
De-dieselisasi yang didengungkan PLN ini, merupakan salah satu transformasi pelayanan listrik oleh perusahaan pelat merah di bawah Kementerian BUMN ini yang meninggalkan sistem konvensional, bermigrasi ke sistem yang lebih ramah lingkungan atau Energi Baru Terbarukan (EBT).