Cerita Legenda dalam Upacara Yadnya Kasada di Bromo

Sabtu 13 Jul 2024 - 21:33 WIB
Reporter : Dodi Haryanto
Editor : Ependi

Menurut kepercayaan, masyarakat Suku Tengger melakukan upacara Yadnya Kasada sebagai bentuk penghormatan atas pengorbanan yang dilakukan Kusuma, yakni anak dari pasangan Jaka Seger dengan seorang putri Raja Majapahit yang bernama Roro Anteng. 

Kala itu, Roro Anteng dan Jaka Seger melakukan pertapaan di Gunung Bromo untuk meminta keturunan kepada penunggu gunung, yakni Sang Hyang Widhi Wasa.

BACA JUGA:Ketahanan Industri Indonesia di Tengah Volatilitas Ekonomi Global

BACA JUGA:Inilah 44 Pelajar di Bengkulu Utara yang Lolos Seleksi Paskibraka 2024

Dalam pertapaan tersebut, keduanya berjanji akan mengorbankan anaknya kepada Kawah Gunung Bromo jika doanya dikabulkan. 

Singkat cerita, akhirnya Roro Anteng dan Jaka Seger dikaruniai 25 anak. Namun, keduanya melupakan janji yang telah diikrarkan saat memohon keturunan. Sehingga, membuat sang Dewa marah. Hingga akhirnya, mereka pun menceritakan janji tersebut pada semua anaknya.

Tanpa disangka, Kusuma, sebagai anak terakhir, rela mengorbankan dirinya sebagai tumbal agar orang-orang yang ditinggalkan, termasuk keluarganya dapat hidup damai.

Namun, kala itu Kusuma mengungkapkan jika ia tetap meminta persembahan untuk Kawah Gunung Bromo setiap tanggal 15 bulan Kasada.

BACA JUGA:Panen Sawit Lahan DAS Picu Letusan Senjata. Majah: Perusahaan Tidak Berhak!

BACA JUGA:12 Juli Diperingati Sebagai Hari Koperasi, Tahukah Anda Kapan Koperasi Berdiri

Berawal dari hal tersebut, masyarakat Suku Tengger rutin melakukan ritual melemparkan persembahan ke dalam kawah sebagai bentuk penghormatan, sekalius memohon keberkahan, keselamatan, serta perlindungan. 

Storynomics di Balik Terciptanya Gunung Batok di Bromo

Selain legenda di Yadnya Kasada, kawasan Gunung Bromo juga punya storynomics yang tidak kalah populer adalah cerita di balik terciptanya Gunung Batok, atau gunung yang berada tepat di sebelah Gunung Bromo.

Menurut legenda, kemunculan gunung nonaktif dengan ketinggian 2.440 mdpl ini dilatarbelakangi kisah cinta dua sejoli.

Namanya adalah Joko Seger yang terkenal dengan genggaman dan tendangan kuat, dengan seorang perempuan yang lahir tanpa tangisan bernama Rara Anteng. Sudah kenal sejak kecil, akhirnya keduanya pun saling jatuh hati. 

Sayangnya, karena kecantikannya, hidup Rara Anteng kerap tidak tenang. Hal ini disebabkan karena ia menjadi "penyebab" terjadinya pertempuran akibat menolak lamaran para putra raja dan pengusaha.

Kategori :

Terkait

Sabtu 07 Dec 2024 - 18:14 WIB

Kembalinya Sang Ganesha

Sabtu 30 Nov 2024 - 19:52 WIB

Kembalinya Candi Lumbung ke Desa Sengi

Sabtu 23 Nov 2024 - 18:41 WIB

Menyusuri Jejak Sejarah Gereja Blenduk

Sabtu 07 Sep 2024 - 19:30 WIB

Benteng Terluas Sejagat Ada di Buton