RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Tanaman kelapa, agaknya bakal menjadi sektor perkebunan potensial atau bisnis di masyarakat, di tengah gonjang-ganjing sektor sawit yang memicu kekeringan, perubahan iklim akibat deforestasi yang kini tengah sorot Eropa.
Belakangan, sejalan masuk tahun kedua kebijakan pemerintah yang menambah transfer ke daerah lewat komponen tambahan DBH Sawit atau DBH Lainnya, minyak goreng yang dihasilkan dari produk sawit juga langka.
Khususnya produk yang dirilis pemerintah. Contohnya, MinyakKita yang disebut-sebut bakal menjadi obyek kenaikan harga oleh pemerintah.
Kembali ke masa lampau, kelapa menjadi salah satu tanaman yang dekat dengan aktivitas masyarakat. Bukan saja, sisi kemanfaatannya yang nyaris tak ada yang tidak tergunakan. Sehingga kemudian menjadi simbol yang digunakan dalam Pramuka.
BACA JUGA:Sebelum Ngekos, Kalian Wajib Tau Apa-apa Saja yang Harus Dipersiapkan
BACA JUGA:Mengenal Lebih Dekat Mayjen TNI (Purn) Musannif Ryacudu, Jendral Religius Dari Sebuah Kampung Kecil
Kelapa juga dapat diolah menjadi minyak goreng yang diyakini memiliki kandungan yang jauh lebih sehat, ketimbang minyak sawit.
Sekitar 4 dekade yang lalu, penggunaan kepala sebagai bahan baku minyak goreng, masih begitu mahsyur. Utamanya, di kalangan desa atau perkampungan.
Namun sejalan dengan deforestasi, akibat adanya kebijakan pemberian Hak Guna Usaha atau HGU bersyarat oleh rezim Orde Baru kala itu, kemunculan pabrik-pabrik sawit begitu juga produk turunannya, kian menggerus aktivitas sosial di masyarakat.
Kemudahan, menjadi pangkal soal yang saat itu menjadi penawaran yang membuat kepincut banyak orang. Tapi lama kelamaan, produk-produk turunan inilah yang justru membuat masyarakat kian pusing.
BACA JUGA:Heboh...Pondok Dirusak Malam Hari, Kelompok Warga Vs Oknum Satpam Bersitegang
BACA JUGA:Resmi, Ratusan Kades di Bengkulu Utara Bakal Menjabat 8 Tahun
Tidak hanya barang atau produknya yang langka. Lonjakan harga, alih-alih dengan banyak dalih mulai dari ongkos produksi hingga ekspor, berimbas padam harga jual yang langsung dihadapi masyarakat.
"Kalau dulu, minyak goreng ya dari kelapa," ungkap Junanta, seorang transmigran dari Tanah Sunda. Kini usianya, menuju satu abad.
Beberapa tahun ini, kelapa sendiri menjadi perbincangan di warung-warung kopi. Bahan obrolan juga saat nongkrong di poskamling, alih-alih menjaga maling.