Guna untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi lebih Kuat
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6 persen. -Bisnis/Fanny Kusumawardhani-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) baru saja mengumumkan keputusan penting terkait suku bunga yang berdampak pada perekonomian dunia, khususnya negara berkembang, termasuk Indonesia.
Dalam pertemuan September 2024, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps), sehingga suku bunga berada di kisaran 4,75--5 persen.
Keputusan itu diambil guna merespons inflasi global yang melonjak hingga 5,9 persen per Agustus 2024, menurut Dana Moneter Internasional (IMF).
Tentu, keputusan The Fed tidak hanya berdampak pada perekonomian AS.
BACA JUGA:Perkembangan Ekonomi Digital E-Commerce di Indonesia Ternyata Tidak Terlepas Dari Peranan Gen Z
BACA JUGA:Krisis Ekonomi China Berpotensi Menular ke Seluruh Dunia, Mengapa Demikian?
Pengaruh besar juga dirasakan seluruh dunia, terutama negara-negara berkembang yang bergantung pada utang luar negeri dalam dolar AS.
Penurunan suku bunga ini diharapkan dapat mengurangi biaya pinjaman internasional, sehingga negara-negara berkembang yang memiliki utang dalam dolar AS akan merasakan manfaat dari penurunan suku bunga tersebut.
Menurut Reena Aggarwal, Direktur Pusat Psaros untuk Pasar Keuangan dan Kebijakan di Georgetown University, langkah The Fed memiliki dampak yang meluas di seluruh dunia.
Banyak negara berkembang, kata Reena, yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS, sehingga ketika suku bunga The Fed turun, beban pembayaran utang mereka akan berkurang.
BACA JUGA:Peran Gen Z dalam Ekonomi Kreatif dalam Berinovasi dan Melihat Peluang Bisnis Baru
BACA JUGA:Pekan Ini Harga Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global
Selain itu, kebijakan The Fed juga memengaruhi pasar valuta asing (valas).
Di mana nilai tukar dolar AS yang berperan sebagai mata uang cadangan global dapat berubah signifikan, dan hal ini berimbas langsung pada kestabilan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.