Keindahan Sabu Raijua, Sorga Tersembunyi di Sunda Kecil

Sabtu 08 Jun 2024 - 19:28 WIB
Reporter : Debi Susanto
Editor : Ependi

Sebelumnya, pulau Sabu sangat sepi karena sulit dicapai. Dari Kupang orang harus naik feri dan menghabiskan waktu 12-14 jam mencapai Pelabuhan Seba di Pulau Sabu.

BACA JUGA:Gaji 13 Tembus 50 Miliar Lebih Belum Cair, Ini Penyebabnya

BACA JUGA:Wabup Arie Salam Kompak dengan Ketua Tim Nasional Pemenangan Pilkada 2024 PDIP

Jika memakai kapal cepat, bisa meringkas durasi perjalanan jadi 4 jam. Jika cuaca buruk dan gelombang tinggi, feri atau kapal cepat bisa tertahan di darat, satu hari sampai seminggu.

Meski ada, angkutan umum jarang ditemukan, sehingga harus sewa mobil atau motor untuk mengelilingi pulau yang punya luas 460,78 kilometer persegi ini. Waktu tepat untuk berkunjung ke daerah ini antara Februari sampai Oktober setiap tahunnya.

Beberapa tempat di sana menunjukkan jejak budaya Megalitikum, seperti batu besar yaitu Dolmen (pandhusa).

Beberapa desa adat semisal Desa Adat Namata, Desa Adat Kudji Ratu dan Desa Adat Pedarro, masih memelihara ritual adat dengan memakai batu besar untuk tempat sesaji pada hari-hari tertentu semisal permulaan musim tanam, musim panen, upacara kematian dan dipimpin seorang Deo Rai (pemuka adat).

BACA JUGA:Keabsahan Pelantikan Dirut RSUD M. Yunus Bengkulu Dipertanyakan

BACA JUGA:Pipa Penyaluran Masih Diinspeksi, Pasokan BBM Dipastikan Aman

Sebagian dolmen dikeramatkan, dan jika dilanggar, pelanggar akan sakit atau tertimba bencana. Untuk masuk ke desa adat, pengunjung harus memakai kain tenun yang bisa disewa.

Legenda menuturkan, bahwa nenek moyang penduduk Sabu berasal dari tempat yang sangat jauh yang disebut bou dakka ti dara dahi, agati kolo rai ahhu rai panr hu ude kolo robo. Artinya kurang lebih, nenek moyang mereka dari tempat yang jauh sekali.

Beberapa peninggalan, menunjukkan bahwa Sabu mendapat pengaruh kuat dari kota Surat (yang dilafalkan Hura), Gujarat, India.

Itu tertuang pada kain tenun berbentuk patola bercorak khas India, gambar pura dan penggunaan benang berwarna emas.

BACA JUGA:Keabsahan Pelantikan Dirut RSUD M. Yunus Bengkulu Dipertanyakan

BACA JUGA:Persiapan Pilkades Gelombang 2 di Bengkulu Utara. Kapan Pelaksanaannya?

Menurut cerita rakyat, Raja Majapahit dan istrinya pernah singgah di Ketita, Pulau Raijua, dan Pulau Sabu. Jejaknya ditandai dengan batu peringatan yang disebut Wowadu Maja dan sumur Maja di Daihuli dekat Ketita.

Kategori :