Sudah tidak relevan lagi, kata dia, hanya dicatatkan dalam desain rencana kerja pemerintah.
Namun harus lebih dibreakdown secara konkret lewat program pada satuan-satuan organisasi, seperti sekolah, puskesmas, kelurahan hingga desa.
"Karena sampah cepat atau lambat pasti akan menjadi pandemi. Karena krisisnya akan semakin meluas, sejalan dengan pengaruh pola bisnis sampai dengan penggunaan bahan-bahan tidak ramah lingkungan, seperti plastik," ungkapnya.
BACA JUGA:Bhayangkari Mukomuko Peduli, Rutin Bantu Warga Kurang Mampu
BACA JUGA:Yuk Pahami Pola Kerja 4 Manajemen Hormon Ini, Buat Kamu Makin Strong Everday
Tidak hanya di Indonesia, Sony juga menyerukan dunia untuk pula memberikan kontribusi secara nyata khususnya pada negara-negara yang menjadi paru-paru dunia, seperti Indonesia.
Notabene keberadaan hutan yang kian langka pada negara-negara di Eropa, berdampak pada kontribusi persoalan iklim yang berimbas ke seluruh penjuru negeri di bumi.
Maka dirinya mendorong, sebuah langkah konkret pemerintah untuk menyerukan pentingnya kontribusi dunia dalam format yang lebih konkret.
"Kita ingin, pelestarian hutan di Indonesia misalnya, bukan hanya menjadi program nasional. Tapi turut melibatkan negara lain dalam upaya pelestariannya," ungkapnya menyeru.
BACA JUGA:Budidaya Pisang, Sekali Tanam Bisa Panen Sepanjang Waktu
BACA JUGA:6 Alat Kerja Ibu Rumah Tangga yang Semakin Jarang Dijumpai. Apa Saja? Simak Ulasannya Berikut Ini..
Pendanaan dari luar negari untuk dukungan kepada negara-negara yang memiliki hutan, sangat penting untuk melakukan kampanye secara massif kepada masyarakat.
Dia menilai, persoalan alam dalam ancaman pandemi sampah, merupakan salah satu fakta di sektor hilir.
Namun harus disikapi secara cepat dalam penanganan di sektor hulu. Apa saja itu, pertama adalah menciptakan komunitas sadar lingkungan.
Selanjutnya, membangun regulasi-regulasi yang pro lingkungan dengan menegasi sanksi yang jelas dan lugas.
BACA JUGA:Lakukan 5 Cara Ini Untuk Mengatasi Tabung Gas Bocor Agar Tidak Berakibat Fatal