RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Konflik timur tengah, kian saja memanas. Teranyar, salah satu produsen minyak terbesar di dunia: Iran, melancarkan serangannya ke wilayah Israel.
Krisis geopolitik yang kian bertambah, diperkirakan bakal berimbas dengan fluktuasi harga energi dunia.
Indonesia yang menerapkan sistem pasar, dalam pengenaan harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) nasional, kuat kemungkinan akan mengerek harga jual BBM di dalam negeri.
Ketegangan Teheran dengan negara Zionis itu, bermula dari serangan Konsulat Iran di Damaskus.
BACA JUGA:Sektor Wisata Jadi Sumbu Ekonomi Setiap Masa Liburan
Pemimpin tertinggi Iran: Ali Khamenei, menuding, Israel di balik serangan itu.
Walaupun, hingga serangan rudal membombardir sistem pertahanan Israel pada Sabtu malam, Israel dengan tegas membantah berada di balik serangan konsulat yang membuat Teheran murka.
Mencermati rancang bangun APBN 2024, sejak awal dalam rancangan UU APBN, diketahui Indonesia mengerek anggaran belanja subsidi 10 persen dari tahun sebelumnya.
Meski sama-sama berimbas dengan maksud menekan harga, agar terjangkau di masyarakat. Kementerian Keuangan atau Kemenkeu, menerapkan sistem subsidi dan kompensasi.
BACA JUGA:Hari Pertama Kerja Batas Akhir Penyerahan Berkas Seleksi JPTP
BACA JUGA:Harga Cabai Kian Meradang, Waspadai Inflasi Daerah
Anggaran kompensasi pada 2022 misalnya, membuat negara mesti merogoh anggaran hingga Rp 307 triliun lebih.
Angka tersebut, termasuk juga untuk kebutuhan pembayaran atau penyelesaian utang pemerintah atas kompensasi BBM tahun sebelumnya yang mencapai angka Rp 80-an triliun.
Sekadar menginformasikan, versi pemerintah kompensasi, merupakan pembayaran atas kekurangan penerimaan badan usaha yang disebabkan kebijakan penetapan harga BBM oleh pemerintah.