Disampaikan Made, Nyepi merupakan momentum untuk memperbaiki citra diri yang didahului dengan rasa syukur terhadap alam dalam momentum Galungan dan Kuningan.
BACA JUGA: Industri Animasi Berpotensi Melesat
BACA JUGA:Bupati Mian: 2024 Bengkulu Utara Punya Dekingan Pusat
Penjor yang dipasang di setiap rumah umat Hindu, kata Made, merupakan aktualisasi dari rasa syukur atas keberadaan alam.
Karenanya, janur yang rajut khas menjadi penjor, didalamnya turut diletakkan aneka tumbuhan yang ada di dalam tanah dan di atas tanah.
"Penjor merupakan ungkapan rasa syukur kepada Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan yang Maha Kuasa," ungkapnya.
Sepuluh hari sejak Galungan dan Kuningan, lanjut Made, akan dilanjut dengan melaksanakan Catur Brata Penyepian.
BACA JUGA:Jelang Tes ASN 2024, Ini Catatan Kasus Seputar e-meterai
BACA JUGA:Mendes Gus Halim, Batal Tilik Satker Kemendes di Padang Jaya
Sebelum Nyepi, terus dia, lebih dulu dilakukan mempreline atau membakar ogoh-ogoh usai diarak sebagai simbol melenyapkan keangkaramurkaan dan keduniawian dan membersihkan diri sebelum melaksanakan Nyepi.
"Perang melawan keangkaramurkaan atau sifat-sifat buruk di dunia yang disimbolkan dengan Ogoh-ogoh dalam kepercayaan Hindu," ungkap Made yang pernah menjadi Kepala Kesbangpol Bengkulu Utara, sebelum kemudian menjadi politisi PDIP setelah purnatugas sebagai birokrat.
Hari ini, ogoh-ogoh itu dibakar. Dimusnahkan. Istilah pembakaran itu, dinamai Prelina. Sosok yang menyeramkan itu, bakal dihancurkan, persis satu hari sebelum Nyepi.
Aktivitas sosial ini, menjadi magnet tersendiri di daerah. Prosesi wajib penganut Hindu itu pun, kian menambah eskotisme di Kabupaten Bengkulu Utara sebagai daerah yang mejemuk.
BACA JUGA:Tingkatkan Pendapatan Sektor PKB, DPRD Provinsi Bengkulu Minta Pemda Gencar Sosialisasi
BACA JUGA:Bersama Masyarakat, Bupati dan Wabup Arak Piala Adipura Berkeliling Kota
Catur Brata Penyepian yang bakal dilakoni umat Hindu besok, mewajibkan empat larangan harus dilakukan selama Nyepi.