Toleransi Kuat Jelang Nyepi di Bengkulu Utara

Toleransi Kuat Jelang Nyepi di Bengkulu Utara-Radar Utara / Benny Siswanto-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Festival ogoh ogoh 2025 di Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu, memunculkan pandangan kuatnya toleransi masyarakat yang sangat terjaga.
Panta saja, pemerintah pusat mendaulat Desa Rama Agung Kecamatan Kota Arga Makmur, menjadi Kampung Moderasi Umat Beragama tahun 2024 lalu. Bahkan, menjadi Juara Pertama tingkat nasional.
Konon, pemerintah desa setempat "cuma" mendapatkan uang pembinaan di bawah Rp20 juta. Selain, lembar piagam pendamping piala, sebagai perkakas lazim, bagi mereka yang didaulat menjadi jawara. Layaknya, Juara Umum setiap kenaikan kelas di sekolah-sekolah. Jaman dulu.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Cabang Bengkulu Utara, Made Astawa, S.Sos, MM, tak menampik atmosfer positif ini dalam setiap festival ogoh ogoh yang secara tidak langsung menjadi agenda tahunan sosial pasti saban tahunnya.
BACA JUGA:Bakal Jadi Agenda Tahunan Daerah, Bupati Arie Lepas Pawai Ogoh-Ogoh
BACA JUGA:Anggota DPRD Dorong Pemerintah Support Pendanaan Ogoh-ogoh, Pemda Hibahkan Rp50 Juta
"Pluralisme di daerah kita, masih sangat terjaga. Hegemoni sosial ini, menjadi sangat wajar kalau kabupaten kita disebut Miniatur Indonesia ada di Bengkulu Utara," aku Made Astawa, dibincangi penghujung festival Ogoh ogoh 2025, Rabu, 26 Maret 2025.
Ogoh ogoh 2025, bisa disebut sebagai keping sejarah kelam yang mengguncang Indonesia atas letusan Gunung Agung di Pulau Dewata, lebih dari 60 dasawarsa silam.
Tragedi kelam yang mengguncang Provinsi Bali pada tahun 1963 menyebabkan kerusakan parah, tidak hanya ekologis, ekonomi hingga sosial di kawasan itu.
Presiden Soeharto, saat itu mengambil langkah dengan menggulirkan Transmigrasi Koga. Koga adalah akronim dari Korban Gunung Agung.
BACA JUGA:Ikonik dan Bersejarah! Hibah Anggaran Ogoh ogoh 2025 Pemda, Batal?
BACA JUGA:Pawai Ogoh-Ogoh Layak Jadi Festival Daerah
Penerapan Transmigrasi Koga dipilih, sebagai upaya mempercepat pemulihan ekonomi pascabencana di sana yang disikapi dengan langkah manajemen pergeseran penduduk atas bencana yang merenggut ribuan nyawa.
Kematian "masal" itu sebagai imbas dari penyumbatan nadi fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava,red) yang memanjang dari kedalaman di bawah lapisan bumi sampai ke permukaan bumi, membuat Gunung Agung meledak dahsyat.