Sentuhan Bung Karno di Masjid Jamik Bengkulu

Minggu 10 Mar 2024 - 15:58 WIB
Reporter : Debi Susanto
Editor : Ependi

Ketika memasuki abad 19, bangunan masjid dipindahkan ke lokasi sekarang dan lebih berkembang.

Masjid berada di pusat perdagangan serta berfungsi untuk mempertemukan banyak kalangan ketika salat lima waktu.

Memasuki awal abad 20, para kaum tuo, begitu kalangan cerdik pandai dan ulama disapa di tanah Sumatra, bersama masyarakat setempat bersepakat merenovasi masjid, karena kondisinya mulai memerlukan perbaikan.

Pada saat bersamaan, tokoh nasional Soekarno masuk ke Bengkulu pada 14 Februari 1938, setelah menjalani pengasingan selama empat tahun di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur.

BACA JUGA:Kapolres Mukomuko Ajak Warga Jaga Kamtibmas Jelang Puasa Ramadhan

BACA JUGA:Media Miliki Peran Penting Penguatan Hasil Pesta Demokrasi

Oleh penjajah Belanda, Bung Karno ditempatkan di sebuah rumah sewaan milik pengusaha Tionghoa bernama Tjang Tjen Kwat di Jl Jeruk, sekarang adalah Jl Soekarno-Hatta, Kota Bengkulu.

Bung Karno kerap mampir ke Masjid Jamik Tengah Padang untuk melaksanakan salat.

Kebetulan, letaknya sekitar 1,5 kilometer dari rumah pengasingan Bung Karno dan dapat ia tempuh dengan jalan kaki atau bersepeda onthel.

Ia melihat bahwa masjid harus dibangun ulang karena strukturnya sudah membahayakan jemaah ketika salat.

Proklamator ini tak asal bicara, sebab dia memang berlatar pendidikan insinyur teknik sipil dari Technische Hoogeschool (THS) atau kini lebih dikenal sebagai Institut Teknologi Bandung.

BACA JUGA:Berikut Ini, 8 Manfaat Konsumsi Kurma yang arang Diketahui

BACA JUGA:Tekan Inflasi Beras, Ini Langkah Yang Disiapkan Pemprov Bengkulu

Seperti ditulis Zein Abdul Baqir dalam Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia, Bung Karno kemudian bermusyawarah bersama kaum tuo yang ia sebut sebagai bigotedly orthodox agar bersedia memperbarui masjid mereka.

Gayung bersambut karena kaum tuo pun memikirkan hal serupa dan mereka mencapai mufakat bahwa Bung Karno sendiri yang akan mendesain rupa baru masjid.

Presiden RI Pertama itu tak ingin menerapkan desain bangunan bergaya Timur Tengah atau Eropa. Sukarno punya gayanya sendiri.

Kategori :