Kecakapan Keumalahayati dalam memimpin armada laut hingga mendapat gelar Laksamana diwariskan dari ayahnya, yang tak lain adalah Laksamana Mahmud Syah.
BACA JUGA:Petani di Lubuk Sanai Terancam Gagal Tanam Padi, Ini Penyebabnya
BACA JUGA: Wujudkan Kekayaan Laut Yang Berkelanjutan di Bengkulu
Dalam buku “Wanita Utama Nusantara dalam Lintasan Sejarah”, karya Ismail Sofyan, pada naskah sebelumnya, https://indonesia.go.id/kategori/budaya/7359/malahayati-laksamana-perempuan-pertama-di-dunia?lang=1, disebutkan ayah Keumalahayati adalah seorang panglima angkatan laut armada Kesultanan Aceh.
Kakek buyut Keumalahayati adalah Sultan Salahuddin Syah, raja kedua di Kesultanan Aceh yang memerintah sejak 1530--1539.
Ketika Laksamana Mahmud Syah berpulang, Sultan Alauddin Riayat Syah mengangkat Keumalahayati sebagai laksamana baru.
Pengangkatan Keumalahayati sebagai Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh menjadikannya sebagai laksamana perempuan pertama dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara, sebagaimana diungkapkan dalam buku "Perempuan Keumala".
BACA JUGA: Hindari Penggunaan Alat Tangkap Tak Ramah Lingkungan
BACA JUGA: Pengolahan Perikanan di Bengkulu Harus Mulai Dikembangkan
Keumalahayati membangun armada tempur laut yang seluruh prajuritnya adalah perempuan.
Tak tanggung-tanggung, jumlah pasukannya mencapai 2,000 personel.
Mereka dinamakan Inong Balee atau prajurit perempuan yang berstatus janda.
Mereka adalah perempuan-perempuan yang kehilangan suaminya yang gugur saat bertempur melawan Portugis.
BACA JUGA: Mengenal Ilmuan Dunia : Andreas Vesalius, Pembedah Manusia Pertama yang Sempat Hijrah ke Palestina
BACA JUGA: Syarat dan Cara Pendaftaran Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah 2024
Nama Keumalahayati dicatat dalam sejarah karena memimpin pasukan armada laut dalam perang melawan Belanda pada 1599.