Kehadiran Klenteng Kuan Im dan Pagoda China, demikian warga menyebutnya, melengkapi pulau itu sebagai salah satu pusat persembahyangan umat Buddha di Kota Palembang.
Tak hanya sebagai tempat peribadatan, Kemaro juga menjadi salah satu tujuan wisata warga Palembang dan sekitarnya.
Beragam jenis kapal seperti perahu kayu atau perahu cepat (speed boat) siap mengantar pengunjung dari dermaga wisata Benteng Kuto Besak, dekat Jembatan Ampera, menuju Kemaro.
Perjalanan sejauh enam kilometer itu memakan waktu sekitar 10-20 menit.
BACA JUGA: Komitmen Def Tri Hardianto Ciptakan Pemilu yang Bersih
BACA JUGA: Anda Wajib Tau. Ini Cara Membersihkan Tanki Air Hingga Terbebas dari Bau dan Berlumut
Seorang pengurus Yayasan Toa Pekong Pulau Kemaro yang bernama Burhan mengatakan, terdapat sebuah legenda dari cerita rakyat di masa lampau mengenai terbentuknya pulau ini.
Cerita legenda Pulau Kemaro juga tertulis pada sebuah prasasti di salah satu sudut pulau. Kisahnya mirip Sam Pek Eng Tay atau Romeo dan Juliet.
Tersebutlah Tan Bun An, seorang pangeran dari tanah Tiongkok yang berniaga hingga ke Palembang dan menjalin kasih dengan Siti Fatimah, putri bangsawan setempat.
Dengan izin orang tua Siti Fatimah, pangeran pun mengajak pujaan hatinya bertemu keluarganya di Tiongkok.
BACA JUGA:Jangan Lewatkan! Ini 9 Khasiat Temulawak Bagi Kesehatan Tubuh
BACA JUGA: Wajib Coba! Ini 10 Tips Jitu Untuk Menghemat Bahan Bakar Sepeda Motor
Sekembalinya ke Palembang, keduanya dibekali tujuh guci yang ternyata berisi sawi-sawi asin.
Tan yang kecewa karena semula mengira isinya adalah emas, kemudian membuang guci di aliran Musi dekat muara sungai.
Ketika akan membuang guci terakhir, benda itu kemudian terjatuh di dek kapal dan pecah.
Isinya pun berhamburan berupa perhiasan dan logam emas dalam jumlah banyak diselimuti sawi-sawi asin tadi.