Limbah Kelapa Sawit untuk Ekonomi Berkelanjutan

Minggu 13 Oct 2024 - 21:44 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Ependi

Kualitas cangkang inti sawit Indonesia, terutama dari Sumatra, diakui memiliki keunggulan di pasar global, menjadikan Indonesia pemimpin di industri ini.

Inovasi tidak berhenti di situ; pemerintah Indonesia juga aktif mengeksplorasi penggunaan cangkang inti sawit dalam teknologi co-firing.

Dengan mengkombinasikan cangkang inti sawit dan batu bara peringkat rendah, diharapkan efisiensi energi pembangkit listrik domestik dapat meningkat. Selain memberikan solusi energi yang lebih bersih, langkah itu juga menambah nilai ekononomic dari limbah sawit.

BACA JUGA:Pemkab Bakal Pastikan Timbangan di Pabrik Sawit Sudah Dikalibrasi

BACA JUGA:Harga Sawit di Bengkulu Bakal Lebih Stabil, Ini Penyebabnya

Agar pengelolaan limbah sawit bisa berjalan efektif, Kemenko Perekonomian telah membentuk Tim Percepatan Pemanfaatan palm kernel expeller (PKE).

Hal itu demi memastikan bahwa produk ini dapat berkontribusi pada pengembangan bahan bakar penerbangan yang ramah lingkungan, dalam kerangka Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA).

Inisiatif itu tidak hanya akan mendukung industri penerbangan yang lebih berkelanjutan, melainkan berpeluang menciptakan ekonomi baru bagi petani kelapa sawit dan industri terkait.

Dengan memanfaatkan limbah secara maksimal, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas kelapa sawit dan berkontribusi pada pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

BACA JUGA:Program Replanting Sawit Berlanjut, Diserahkan Penuh ke Poktan

BACA JUGA:Berharap dari Sawit Menuju Net Zero Emission

Selain cangkang, limbah cair dari industri kelapa sawit juga menyimpan potensi yang luar biasa. Minyak goreng bekas atau Used Cooking Oil (UCO) di Indonesia mencapai 3,9 juta ton pada 2023. UCO tersebut dapat diolah menjadi bahan bakar penerbangan berkelanjutan, yang kini sedang menjadi tren global di industri penerbangan.

Ada juga pengupas inti sawit—bagian lain dari limbah sawit—yang memiliki potensi untuk menjadi bahan baku dalam produksi bioetanol.

Dengan teknologi yang tepat, limbah-limbah ini bisa dikonversi menjadi sumber energi alternatif yang tidak hanya mengurangi dampak lingkungan. Tapi, juga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat sekitar.

BACA JUGA:7 Alumni SMAN 15 Bengkulu Utara Dapat Beasiswa Kelapa Sawit dari DPDPKS

BACA JUGA:Disperindag Tertibkan Timbangan Sawit Milik Tengkulak di Mukomuko

Kategori :