POHON JAMBU WARISAN SI MBAH

Ilustrasi-Walidha Tanjung Fileski-

Oh sangat boleh mbak Tantri, mau yang mana, yang merah apa yang kuning? saya ambilkan galah dulu ya, biar tidak jatuh bonyok jawab Kanjeng dengan penuh antusias. 

Semenjak saat itulah, Kanjeng dan Tantri mulai akrab. Mereka sering pergi ke sawah, untuk sekedar jalan-jalan. Juga nonton wayang saat malam hari ada pagelaran. 

Sementara Kanjeng tidak terima ajakan main ludruk, ia sengaja cuti selama Tantri ada di sini.

Ia khawatir kalau Tantri nonton ludruk dan tau kelakuannya di dunia pertunjukan, dikelilingi banyak wanita dan setengah wanita yang suka merayu, bahkan kerap kali usai pentas, ia mabuk sampai lupa diri, merangkul para wanita yang juga sedang mabuk. Bisa buyar semua mimpinya kalau sampai Tantri melihat aku di lingkaran orang-orang ludruk. 

BACA JUGA:Optimisme Pasar Modal Indonesia, Strategi Pemerintah Pulihkan IHSG

BACA JUGA:Dibandrol Mulai Dari Rp800 Jutaan, Inilah Daftar Mobil MPV Termahal di Indonesia, No 2 Paling Banyak Peminatny

Bisik-bisik tetangga pun sampai ke telinga Kanjeng, bahwa Tantri di kampung halamannya sudah mempunyai kekasih, bahkan pria itu kabarnya akan menikahi Tantri dalam waktu dekat.

Mendengar kabar itu, Kanjeng mendadak pusing. Ia sangat ingin mendapatkan Tantri, sedangkan nanti ketika Tantri pulang ke Bali, pasti bakal melupakannya, karena sudah kembali ke pelukan kekasihnya lagi. 

Artinya kesempatan untuk Kanjenge mendapatkan Tantri, tidak banyak waktu. Bagaimanapun caranya Tantri harus bisa didapatkan.

Kanjeng teringat sebuah pesan ibunya Le nak Sastro, ini pohon jambu jangan ditebang, ini warisan mbahmu, khasiatnya sangat ajaib, besok kalau kamu sudah menemukan wanita yang ingin kamu nikahi, kasih saja jambu ini dengan cara, hari pertama kasih dia makan buahnya, kamu bakar metenya, lalu kamu makan.

BACA JUGA:Dijuluki Motor Seribu Umat, Berikut Keunggulan Motor Honda Beat Yang Sulit Dikalahkan Kompetitor

BACA JUGA:Ngeri, Duel Maut Mirip Tragedi Carok Madura, Nyaris Terjadi di Bengkulu, Ini Pemicunya

Hari kedua, kamu ganti kasih dia makan mete, kamu makan buahnya. Hari ketiga kamu mesti tabur bunga kembang setaman di bawah pohon ini, agar khasiatnya makin mengikat atimu lan atiku wanita sing mbok tresnani kuwi, lakukan tabur bunga selama tujuh hari berturut-turut begitulah penjelasan ibunya sebelum meninggal. 

Apa yang menjadi pesan ibunya itu, ia terus ingat, ia tabur bunga setiap hari sekali. Selama Tantri di sini, ia juga berusaha untuk membuatnya kerasan, dengan harapan Tantri bisa melupakan kekasihnya di sana. 

Sampailah pada hari ke enam, artinya tinggal sehari lagi Tantri bisa terjerat asmara pada Kanjeng. Setelah melakukan tabur bunga, Kanjeng pergi ke sawah untuk melihat padi yang ia tanam, menyemprot pupuk, dan mengairi sawah menggunakan mesin diesel.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan